Bisnis.com, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur memproyeksikan komoditas jagung pipilan kering pada panen tahun ini bakal melimpah dengan proyeksi angka ramalan mencapai 6,5 juta ton.
Kepala Dinas Pertanian Jawa Timur Hadi Sulistyo mengatakan pasokan jagung tersebut melimpah bahkan mengalami surplus karena jumlah konsumsi jagung masyarakat Jatim hanya sekitar 122.724 ton atau rata-rata 10.277 ton/bulan.
"Sehingga dari data tersebut kita surplus 6,4 juta ton pipilan jagung. Kalau di Blitar sendiri yang sempat langka, sebenarnya kalau kosong bisa ambil dari luar Blitar yang banyak terserap di industri," ujarnya kepada Bisnis, Senin (22/10/2018).
Dia mengatakan saat ini sudah banyak daerah yang mulai panen jagung seperti Mojokerto, Jember, Tuban, Lamongan bahkan Blitar juga mulai panen.
Hanya saja, lanjutnya, Hadi mengakui harga jagung masih lebih tinggi dari Harga Pokok Produksi (HPP) Rp3.150/kg, yakni saat ini mencapai Rp4.294/kg.
Berdasarkan tabel harga Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, rerata harga jagung pipilan kering per 22 Oktober 2018 Rp6.019/kg. Harga di pasar tradisional tersebut meningkat dibandingkan Juli 2018 pada tanggal yang sama yakni hanya Rp5.838/kg.
Baca Juga
Terpisah, Kepala Bidang Tanaman Pangan, Dinas Pertanian Kabupaten Tuban, Darmadin Nur mengatakan pada Oktober ini Tuban bakal memanen sekitar 29.820 ton jagung dari luas lahan 5.500 ha.
"Sampai akhir tahun, kami proyeksikan bisa panen jagung sampai 21.000 ton dengan luasan lahan 11.000 ha - 13.000 ha. Kalau Desember saja kira-kira 10.000 ton dengan produktivitas lahan 5,4 ton/ha," ujarnya.
Dia menambahkan meski kondisi cuaca masih belum ada hujan, tetapi tidak menjadi masalah dalam pertanian jagung. Apalagi di Tuban juga sudah memiliki pengairan sistem sumur bor.
Justru, soal harga jagung pipil memang masih tinggi yakni sekitar Rp4.600 - Rp4.700/kg bahkan mencapai Rp5.000/kg.
"Harga jagung saat ini memang masih lebih tinggi dari HPP, tapi apakah itu terpengaruh dampak psikologis harga pasar nasional atau bukan, kami belum tahu karena masalah harga pasar itu kita susah mengendalikan," katanya.
Darmadin menambahkan selama ini hasil panen jagung di Tuban kebanyakan disetorkan untuk industri pakan ternak seperti ke Charoen Pokphand Prima. Sedangkan untuk konsumsi masyarakat tidak terlalu banyak.
"Yang banyak dibutuhkan masyarakat Tuban adalah daun jagung untuk pakan sapi karena di sini banyak sapi," imbuhnya.
Stok Jagung Bulog Kosong
Kepala Divre Bulog Jatim Muhammad Hasyim mengungkapkan sejak 3 bulan lalu, stok jagung pipilan Bulog telah habis terjual. Bahkan saat ini, pihaknya masih mencari jagung di sejumlah daerah yang panen dengan harga yang wajar.
"Tim kami sedang mencari komoditas ini di lapangan seperti ke Tuban, Madura dan Jember tapi memang harganya masih sangat tinggi. Kan Bulog ini membeli untuk dijual lagi sehingga harus mencari yang tepat," katanya.
Selain itu, lanjutnya, Bulog juga mencari jagung yang kadar airnya bagus agar tidak cepat rusak. Menurutnya saat ini jagung di Tuban rata-rata kadar airnya masih di atas 18 dengan harga Rp4.700/kg.
"Seharusnya harga yang dicari Rp3.700/kg, jadi harga segitu masih tinggi. Info dari tim kami, setiap 3 hari ada perubahan harga jagung di Tuban, padahal demand bertambah dan belum banyak panen," imbuhnya.
Hasyim mengatakan terakhir kali Bulog Jatim melakukan impor yakni pada 2016 sebanyak 60.000 - 70.000 ton. Pasokan jagung impor tersebut pun telah habis sejak 3 bulan lalu.
"Kami juga sempat menambah stok jagung sebanyak 30 ton dari petani dan itu pun juga sudah habis sejak awal Februari," imbuhnya.
Hasyim berharap dengan datangnya musim panen yang diperkirakan bakal melimpah itu membuat harga jagung bisa kembali turun sehingga dapat terserap pasar.