Bisnis.com, BLITAR--Peternak ayam petelur Kab.Blitar, Jatim, dan petani jagung Kab. Majene, Sulawesi Barat, sepakat bekerja sama dalam perdagangan jagung untuk memenuhi kebutuhan pakan ayam karena sulitnya memperoleh jagung impor.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto mengatakan eksistensi usaha peternakan ayam, terutama ayam petelur, perlu terus terjaga. Jangan sampai usaha peternakan rakyat itu sampai hilang.
"Saat ini peternak ayam petelur ayam petelur kesulitan memperoleh jagung dengan harga yang wajar," katanya saat menerima studi banding TPID Sulawesi Barat di Blitar, Selasa (25/9/2018).
Karena itulah, kata dia, kerja sama perdagangan jagung sangat strategis. Di satu sisi, peternak ayam petelur di Blitar bisa secara ajek memperoleh pasokan jagung untuk pakan ternak, di sisi lain petani jagung dapat memperoleh pasar yang jelas.
Dengan kerja sama tersebut, maka perdagangan antarpulau menjadi hidup. Kerja sama tersebut juga penting karena pemenuhan kebutuhan jagung peternak ayam petelur tidak perlu dengan impor, namun bisa dipenuhi dari dalam negeri sendiri sehingga dapat menghemat cadangan devisa.
Karena itulah, kerja sama perlu mendapatkan dukungan dari pemerintah dengan berbagai kemudahan seperti pengiriman komoditasnya sehjngga harganya bisa feasible bagi usaha ternak ayam.
Baca Juga
Sekretaris Koperasi Peternak Unggas Sejahtera Blitar Rofi Yasifun mengatakan kebutuhan jagung untuk pakan ayam petelur di daerah tersebut mencapai 1.000-1.500 ton/hari.
Jika dapat dipenuhi petani jagung Sulawesi Barat khususnya Majene, maka peternak bisa tenang menjalankan usahanya karena ada kepastian dalam pemenuhan pasokan jagung.
Dalam kerja sama tersebut, dia yakinkan, peternak dan petani saling diuntungkan. Karena itulah, kerja sama tersebut idealnya mengacu pada Permendag No 58 tahun 2018 tentang Penetapan Harga Acuan di Petani dan Harga Acuan di Konsumen.
Mengacu Permendag tersebut, jagung dengan kadar air 15% ditetapkan Rp3.150/kg, sedangkan harga acuan di konsumen Rp4.000/kg.
"Jadi rentang harga idealnya mengacu ketentuan tersebut," ucapnya.
Kepala Bagian Perekonomian dan Pembangunan Kab. Blitar Tuti Komariyati menegaskan dalam kerja sama tersebut bersifat saling menguntungkan. Lewat kerja sama tersebut, saat harga jagung turun di bawah harga patokan produksi (HPP), peternak tetap akan membeli jagung di atas HPP, sebaliknya ketika harga jagung tinggi, petani juga jangan menjual dengan harga pasar.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sulawesi Barat Dadal Angkoro meyakinkan mekanisme kerja sama saling menguntungkan antara peternak dan petani itu bisa direalusasikan mengacu kerja sama petani padi dengan Bulog.
"Semula petani di sana enggan menjual beras ke Bulog saat harganya tinggi, namun mereka kesulitan menjual beras saatnya harganya turun. Dari pengalaman itu, akhirnya petani loyal dengan bersedia menjual beras ke Bulog," ucapnya.
Karena itulah perlu segera dilakukan pembicaran antarpengusaha sehingga kerja sama perdagangan itu bisa segera direalisasikan. Perlu dibangun rasa saling percaya antarpengusaha.
Ke depan, koperasi di sana juga perlu untuk menangani bisnis tersebut. Namun selama koperasi belum bisa menangani, maka bisa dilaksanakan dengan skema pengusaha dengan pengusaha.
"Ke depan, saya harapkan komoditasnya tidak hanya jagung, melainkan juga telur karena kebutuhan telur di sana tinggi. Bahkan Sulawesi Barat bisa menjadi perdangan hub dari Pulau Jawa khususnya Blitar ke Sulawesi dan Kalimantan sert daerah lainnya," ucapnya.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Sulawesi Barat Khairuddin Anas mengatakan masalah pengangkutan tidak menjadi penghalang kerja sama perdangan antara Majene dengan Blitar.
Dengan menggunakan tol laut dan angkutan perintis biaya angkutan bisa ditekan. "Tanpa skema kerja sama pun, harga jagung yang didatangkan Sulbar masih lebih murah daripada harga jagung di Pulau Jawa," katanya.
Wakil Bupati Majene Lukman berkomitmen kerja sama tersebut pasti akan terealisasi. Dia meminta tidak berorientasi pada perolehan pendapatan tinggi tapi sesaat, melainkan justru pendapatan yang tidak tinggi tapi bersifat jangka panjang. "Kami tentu bersyukur memperoleh pasar jagung," ucapnya.
Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan Kab. Majene Burhan mengatakan produksi jagung di daerah tersebut mencapai 30.000 ton/tahun. Produksi sebesar itu panen satu kali dalam setahun dengan produktifitas lahan 4,3 ton/hektare.
Dengan begitu, produksi bisa ditingkatkan dengan panen bisa ditingkatkan menjadi dua kali dalam setahun.
Produktivitas lahan juga bis diintensifkan menjadi 8 ton/hektare. Luas lahan juga bisa diperluas jadi 22.000 hektare, sedangkan saat ini masih 10.000 hektare.
"Kalau jagung kami ada pasarnya dengan jelas, tentu produksinya bis dipacu optimal," ungkapnya.(