Bisnis.com, MALANG — Harga cabai rawit pada Iduladha yang jatuh pada 11 Agustus 2019 diperkirakan masih tinggi karena minimnya pasokan komoditas tersebut di pasar.
Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia Jawa Timur Nanang Triatmoko pasokan cabai rawit di pasar pada Iduladha masih rendah karena luas panen komoditas masih sedikit.
“Pada Iduladha, pasokan cabai rawit masih belum banyak sehingga saya memperkirakan harganya masih tinggi,” katanya dihubungi dari Malang, Kamis (1/8/2019).
Cabai rawit diperkirkan akan banyak di pasar pada akhir Agustus, bersamaan dengan makin banyaknya luasan panen tanaman tersebut. Dengan rendahnya luasan panen di Jatim, maka harga menjadi tinggi.
Sebagai gambaran, kata dia, saat ini pasokan cabai rawit di pasar hanya sekitar 20% dari kondisi normal. Potensi luas panen tanaman cabai se Jatim selama setahun mencapai 25.000 hektare, sedangkan produktivitas tanaman tersebut mencapai 9 ton/hektare.
Dengan luasan panen sebesar itu, maka otomatis mendongkrak harga cabai rawit karena tidak seimbangnya antara permintaan dan pasokan. Padahal, jika dalam kondisi normal, serapan cabai rawit Jatim oleh konsumen setempat mencapai 70%, sisanya dikirim ke luar daerah seperti Jakarta dan Kalimantan.
Rendahnya luasan panen di Jatim, kata dia, karena terimbas harga cabai rawit yang sempat anjlok sehingga hanya mencapai Rp3.500/kg di tingkat petani pada beberapa bulan sebelumnya.
Harga sebesar itu, jauh dari ongkos petik yang mencapai Rp5.000/kg, apalagi dibandingkan harga patokan produksi yang mencapai Rp10.000/kg.
Dengan anjloknya harga cabai rawit, maka petani sempat tidak memanen tanaman cabai yang sudah memasuki usia panen, sebagian lagi membiarkan tanaman yang semestinya harus dirawat sehingga tanaman tersebut mati.
Respons lain, sebagian petani tidak menanam cabai rawit saat memasuki musim tanam di sentra-sentra produksi. Dengan kondisi tersebut, harga cabai rawit mulai merangkak naik. Pada Juni, harga cabai mencapai Rp15.000/kg di tingkat petani dan saat ini mencapai Rp70.000/kg.
Dia memperkirakan, akhir bulan ini harga cabai rawit akan mulai turun bersamaan dengan panennya komoditas tersebut di sentra-sentra produksi seperti di Banyuwangi dan Blitar.
Seperti di Banyuwangi, ada sekitar luasan sekitar 3.000 hektare tanaman cabai rawit yang memasuki musim panen pada akhir Agustus. Dengan masuknya cabai rawit tersebut di pasar, otomatis akan mengerem kenaikan harga komoditas tersebut.
Namun, dia memperkirakan, kenaikan harga cabai tidak akan drastis, melainkan secara perlahan. Hal itu terjadi karena luasan panen masih belum merata di sentra-sentra produksi.
Akhir Agustus belum memasuki musim panen raya cabai rawit. Namun bersamaan dengan banyaknya pasokan cabai rawit di pasar karena luasan panen yang besar, maka harga akan mengikuti menjadi turun.
Panen raya cabai rawit diperkirakan berlangsung pada Oktober. Pada bulan tersebut, baru diperkirakan harga cabai akan turun secara signifikan bersamaan dengan banyaknya komoditas bahan makanan tersebut di pasar. (k24)