Bisnis.com, PASURUAN — Kopi Arabica Arjuno menjajaki untuk memperluas pasar ekspor dengan menyasar Korsel.
Ketua Kelompok Tani Organic (KTO) Sumber Makmur Abadi (Sumadi), Desa Jatiarjo, Kec. Prigen, Pasuruan, Nur Hidayat, mengatakan untuk kopi arabica yang dihasilkan anggota KTO SMD sebanyak 12 ton/tahun, sudah berhasil diserap oleh eksportir.
“Harganya juga bagus, Rp150.000/kg, namun kualitas kopi yang diekspor premium, yakni kopi specialty,” ujarnya, Sabtu (14/12/2024).
Petani dapat mengolah kopi pada masa panen dan pascapanen dengan baik, kata dia, karena adanya bantuan dari Bank Indonesia (BI) lewat program kluster kopi. Petani bisa mengolah kopi dengan mengeringkan kopi lewat teknologi green house.
Petani juga berhasil mengembangkan pola agroforestry dan konservasi lingkungan pengembangan kopi di area carbon stock pengembangan. “Kami sudah berhasil ekspor kopi sejak 2019 lalu,” katanya.
Lahan yang dikelola KTO Sumadi mencapai 54 hektare. Setiap hektare ada 2.000 pohon, sedangkan per pohon mampu menghasuklkan 20 kg.
Baca Juga
Keberhasilan KTO Sumadi dalam budi daya dan usaha kopi, kata Nur, mendorong petani tetangga desa, yakni petani non-KTO Sumadi di mengolah 368 hektare di Desa Jatiarjo dan 182 hektare di Desa Tambakrejo dengan status hak pakai atas tanah Kementerian Kehutanan.
Kopi yang berhasil diekspor lewat perusahaan eksportir mencapai mencapai 600 ton/tahun. Namun, kata dia, harga ekspor masih kurang kompetitif, hanya Rp80.000/kg, bahkan bisa kurang dari angka itu.
Dengan harga sebesar itu, menurutnya, maka tidak menarik bagi petani. Harga ekspor hampir sama dengan harga dalam negeri.
Karena itulah, ujar dia, ketika ada buyer ldari Korsel yang ingin membeli langsung dari petani dalam jumlah berapa pun asal cocok dengan kualifikasi mereka, yakni specialty dengan dengan rasa cream dan buah-buahan yang soft.
Kopi specialty dengan persyaratan itu, kata dia, sudah dipenuhi petani KTO Sumadi. Karena itulah, petani tetangga meminta dirinya menjadi pendamping agar kualitas bisa seperti yang dihasilkan oleh petani KTO Sumadi.
“Caranya mudah, biarkan kami mengolah kopi dari panen hingga pascapanen. Dengan pengeringan metode green house, akan dihasilkan kopi yang baik,” ujarnya.
Rencananya, buyer kopi Arabica akan datang lagi ke Pasuruan pada 19 Desember 2024 untuk melakukan cupping. Jika cocok, mereka akan membeli berapa pun kopi yang dipasok petani.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Malang, Dedy Prasetyo, mengatakan tujuan program kluster kopi memang agar petani dapat mengekspor kopi selain mengolahnya agar kopi yang dihasilkan mempunyai nilai tambah.
Dengan keberhasilan petani KTO Sumadi mengekspor kopi, kata dia, maka keberhasilan diharapkan dapat ditiru oleh petani yang bukan menjadi anggota dalam kelompok tani binaan BI Malang.
“Petani-petani yang bukan anggota kelompok tani ini diharapkan dapat didampingi instansi lain secara bergotong-royong agar dapat ikut berkembang,” ujarnya.(K24)