Bisnis.com, MALANG — Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya menyiapkan dana penanganan bank Rp1 triliun-Rp2 triliun untuk mangantisipasi jika ada bank yang ditutup.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan tahun lalu penyiapan dana justru jauh lebih besar Rp15 triliun karena mengantisipasi ada bank yang ditutup bersamaan dengan berlangsungnya pemerintahan transisi dari Presiden Jokowi ke Presiden Prabowo Subianto akan mempengaruhi kondisi perekonomian.
“Akhir tahun lalu, dana penanganan bank hanya terserap kurang dari Rp1 triliun,” katanya, di sela-sela memberikan kuliah umum di Universitas Brawijaya (UB), Kamis (22/5/2025).
Meski begitu, dia meyakinkan, jika dibutuhkan maka dana yang tersedia di LPS sangat besar, baik yang diinvestasikan dalam bentuk SUN maupun cash. Dana yang diinvestasikan bisa dicairkan sewaktu-waktu jika dibutuhkan.
Tahun ini, dia meyakinkan, ekonomi sudah bergerak bersamaan dengan dijalankannnya program-program pemerintah. Pada gilirannya, berjalannya ekonomi akan menyehatkan pula kondisi perbankan.
Dia menegaskan, sampai saat ini, hanya satu BPR yang ditutup, sedangkan untuk bank umum sangat aman.
Baca Juga
“Kami sempat khawatir sampai Desember tahun lalu karena tiba-tiba ada perburukan likuiditas tetapi Januari hingga April sudah ada perbaikan signifkan sehingga tidak khawatir lagi,” ujarnya.
Menurutnya, saat ini intermediasi perbankan tumbuh dengan baik, di mana intermediasi perbankan terus tumbuh positif, per Maret 2025 kredit tumbuh 9,16% yoy sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 4,75% yoy.
Permodalan bank tetap kuat dengan CAR sebesar 26,98% pada Februari 2025 dan NPL gross berada pada level yang terkendali sebesar 2,17% pada Maret 2025.
“Permodalan industri perbankan tetap kuat, di tengah guncangan akibat ketidakpastian eksternal, bank umum tetap stabil ditopang oleh permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai,” ujarnya.
Di hadapan ahasiswa yang sebagian besar berasal dari Fakultas Ekonomi tersebut, Purbaya juga menyampaikan bahwa, di tengah dinamika kondisi ekonomi global, kondisi ekonomi nasional tetap kuat dikarenakan antara lain karena kekuatan ekonomi Indonesia ditentukan oleh domestic demand.
“Kontribusi PDB Nasional yang terbesar berasal dari konsumsi sebesar 61,80% yang terdiri dari diantaranya konsumsi rumah tangga dan pemerintah. Pada kuartal I/2025, total kontribusi domestic demand mencapai 89,93%, peran domestic demand yang dominan tersebut membuat ekonomi Indonesia lebih resilient dalam menghadapi gejolak ekonomi global,” jelasnya.
Terkait peran LPS dalam menjaga stabilitas perbankan di Indonesia, menurutnya, sangat krusial. Terlebih di tengah dinamika ekonomi saat ini.
Dia berpesan kepada para mahasiswa untuk terus giat menuntut ilmu, menambah wawasan dan pengetahuan dengan baik serta terus optimis menghadapi masa depan.
“Dengan dukungan para akademisi dan kalian para mahasiswa, kita dapat bersama memastikan terciptanya sistem keuangan yang lebih kuat dan aman bagi masyarakat, saya juga ingin ingatkan, kalian juga adalah masa depan ekonomi bangsa, makanya belajar yang baik, jangan cepat menyerah, sebab tempat bagi kalian untuk berkontribusi bagi Indonesia masih terbuka lebar,” ucapnya.