Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemkab Ngawi Kejar Surplus Beras 693.000 Ton Tahun Ini

Pemkab Ngawi, Jatim, mengejar surplus beras sebanyak 693.000 ton tahun ini dengan pola intensifikasi dan ekstensifikasi tanam.

Bisnis.com, NGAWI—Pemkab Ngawi, Jatim, mengejar surplus beras sebanyak 693.000 ton tahun ini dengan pola intensifikasi dan ekstensifikasi tanam.

Sekretaris Daerah Kab. Ngawi M. Sodiq Tri mengatakan tahun ini produksi padi asal daerah ini diproyeksikan mencapai 800.000 ton, sedangkan tahun lalu mencapai 600.000 ton.

“Kebutuhan konsumsi kami hanya mencapai 125.000 ton sehingga ada surplus beras sebanyak 693.000 ton,” katanya di Ngawi, Selasa (17/4/2018).

Luas tanam padi di Kab. Ngawi mencapai 136.000 hektare, sedangkan luas areal sawah di daerah tersebut mencapai 50.000 hektare.

Produktifitas lahan sawah di Ngawi tahun ini dipacu menjadi 7-8 ton/hektare, sedangkan tahun lalu mencapai 6 ton/hektare.

“Realisasi panen sampai pertengahan April, sudah menunjukkan on the track, sudah mencapai sepertiga dari target,” katanya.

Dia mengakui, tantangan dalam upaya menjaga produksi padi yang tinggi terkait dengan adanya alih fungsi terhadap lahan pertanian. Seperti untuk tol, ada lahan pertanian sepanjang 42 km dengan lebar 60 meter untuk proyek tersebut sehingga lahan pertanian yang terkena mencapai 288 hektare.

Namun di sisi lain, Pemkab Ngawi berusaha mencetak sawah baru. Intinya, lahan-lahan pekarangan yang kosong idealnya ditanami padi.

Di lahan Perhutani yang bisa dimanfaatkan warga lewat program kemitraan juga diharapkan ditanami padi. Lahan-lahan tersebut diharapkan bisa menyumbang produksi padi, walupun sistem pengairannya masih tadah hujan.

Ada 12.000 hektare lahan Perhutani yang dikerjasamakan dengan masyarakat berpotensi untuk ditanami padi dengan sistem tadah hujan.

Untuk lahan persawahan teknis, cakupan pelayanan irigasi mencapai 42.230 hektare lahan. Untuk menjaga keandalan pasokan air ke sawah-sawah, maka Pemkab Ngawi membangun embung-embung baru.

Sampai saat ini ada enam embung yang sudah terbangun dan mampu mengairi sawah seluas 15.000 hektare. “Kontribusi pada produksi beras Ngawi secara regional dan nasional sangat signifikan,” ucapnya.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri Djoko Raharto mengatakan masalah pertanian padi, selain aspek produksi, yang juga harus dipikirkan aspek nilai tambahnya.

Dengan begitu, maka kesejahteraan petani bisa meningkat. Salah satu kebijakan yang dilakukan BI Kediri, mendorong budi daya padi organic seperti di Ngawi dengan memberikan bantuan-bantuan pelatihan dan peralatan produksi kepada petani.

Bahkan di Ngawi, usaha budi daya padi organic bisa berkembang dengan luasan lahan mencapai 28 hektare.

Petani juga mampu memberikan nilai tambah usaha pertanian padi tersebut dengan menangani juga aspek hilirnya, pengepakan hingga pemasarannya.

Karena itulah, BI Kediri-Pemkab Ngawi-Komunitas Ngawi Organic Centre mendirikan dan mengembangkan Pusat Pelatihan Budi Daya Padi Organic dari Hulu-Hilir Nasional.

Budi daya padi organic mempunyai nilai tambah bagi petani karena biaya produksinya lebih murah, namun harga jual lebih tinggi daripada padi maupun beras un organic.

Di sisi lain, produksi padi organic dan un organic per hektarnya tidak terlalu berbeda. Seperti di Ngawi, produksi padi organic sudah mencapai 6 ton/hektare, hampir sama dengan produksi padi di lahan pertanian un organic.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper