Bisnis.com, SURABAYA — Bank Indonesia (BI) menyebutkan dalam waktu dekat akan ada penambahan jumlah peserta industri keuangan yang memiliki layanan BI-Fast untuk mendukung akselerasi ekosistem keuangan digital dan perkonomian.
Asisten Gubernur, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI, Filianingsih Hendarta mengatakan implementasi BI-Fast memang dilakukan secara bertahap baik secara layanan maupun peserta/member dari perbankannya.
“Saat ini ada 51 bank dan 1 non-bank yang sudah menjadi member BI-Fast, nanti pada 29 Agustus akan bertambah 25 member lagi yang terdiri dari 2 bank yang merupakan perserta langsung dan 23 peserta tidak langsung sehingga total member BI-Fast akan mencapai 77 peserta, jumlah ini sudah mewakili 85 persen dari transaksi layanan ritel nasional,” ujarnya dalam Sosialisasi BI-Fast di Surabaya melalui siaran Youtube, Jumat (26/8/2022).
Dia mengatakan sejalan dengan meningkatnya jumlah peserta industri keuangan yang menyediakan layanan mobile-banking dan BI-Fast, tren perkembangan transaksi keuangan melalui BI-Fast juga meningkatan.
“Transaksi BI-Fast selama periode Januari - Juli terus meningkat baik secara volume maupun nominal. Ini akan terus berkembang seiring dengan peningkatan mobile banking dari perbankan sesuai kesiapannya,” katanya.
Adapun BI mencatat, transaksi kredit transfer sejak awal implementasi BI-Fast hingga Juli 2022 sudah mencapai 181 juta transkasi dengan nominal mencapai Rp622,1 triliun. Rerata pertumbuhan volume transaksi maupun nominal rerata mencapai 25 persen (month to month).
Filianingsih menambahkan, memang awalnya BI-Fast dinilai dapat menurunkan kinerja fee base income perbankan lantaran biaya transfer yang dikenakan hanya Rp2.500/transaksi, dibandingkan transfer konvensional sebelumnya dikenakan Rp6.500/transaksi.
“Namun dalam perkembangannya, ada 2 bank besar yang sudah pakai BI-Fast justru fee base income nya naik 15 persen di kuartal I/2022, dan di semester I naik lagi. Bahkan dari peningkatan fee base income itu sebesar 75 persen share-nya dari BI-Fast,” ujarnya.
Menurutnya, penggunaan BI-Fast justru akan meningkatkan volume transaksi meski hanya dengan biaya Rp2.500/transaksi. Selan itu, bagi industri perbankan, BI-Fast dapat menciptakan produk yang lebih inovatif.
Kepala BI Jatim Budi Hanoto mengatakan digitalisasi pembayaran menjadi salah satu faktor berjalannya ekonomi di masa pandemi dan menjadi tulang punggung kebangkitan ekonomi nasional.
“Pembayaran digital terus berlangsung dan menjadi game changer untuk sbuah upaya yang lebih cepat dan bangkit lebih kuat dalam membangun ekonomi yang berkelanjutan bermanfaat dan dapat dirasakan secara luas untuk seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.
Dia mengatakan peran BI-Fast sangat vital dalam perekonomian karena transkasi digital terus berkembang yang menuntut dukungan infrastruktur yang lebih baik, cepat dan murah.
“Di wilayah Jawa sendiri, pertumbuhan ekonomi mencapai 5,66 pesen di kuartal II. Kinerja ini didorong oleh adanya konsumsi, investasi, industri, perdagangan, akomodasi, serta makan dan minum yang menunjukkan geliat ekonomi mulai tumbuh, hal ini juga tidak lepas dari pembayaran digital yang ikut berperan,” jelas Budi yang juga Kepala Badan Musyawarah Perbankan Daerah.