Bisnis.com, SURABAYA - Antisipasi Kejadian Riil, PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus Menyelenggarakan Simulasi Penanggulangan Keadaan Darurat Level 0 dengan Skenario Keracunan Masal, Kebakaran Gedung dan Ancaman Bom Gedung Pertamina Regional Jatimbalinus.
Sebagai bentuk kesigapan dalam penanganan keadaan darurat, PT Pertamina Patra Niaga di Regional Jatimbalinus berkolaborasi dengan Polda Jawa Timur, Rumah Sakit dan masyarakat sekitar, menyelenggarakan Simulasi Penanggulangan Keadaan Darurat (PKD) Level 0 Keracunan Masal, Kebakaran Gedung dan Ancaman Bom Gedung Pertamina Jagir pada Senin (13/2) yang diselenggarakan di lokasi yaitu Gedung Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus.
“Pertamina sendiri rutin melaksanakan simulasi keadaan darurat terutama terhadap seluruh sarana dan fasilitasi seperti Fuel & LPG Terminal, Depot Pengisian Pesawan Udara (DPPU), SPPBE, Mobil tangki dan sarfas lainnya. Dan Kali ini kita melakukan simulasi penanggulangan keadaan darurat di Kantor Regional Jatimbalinus, Simulasi kami lakukan sebagai upaya antisipasi dan kesigapan dalam menangani keadaan darurat, “ujar Pjs. Executive General Manager PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, I. M. R. Arnaya Gula.
Skenario simulasi kali ini dimulai saat kegiatan rapat internal di Lantai 1, 5 dan 6. Terjadi keracunan massal akibat konsumsi snack rapat. Pada saat proses evakuasi korban tiba-tiba terjadi kebakaran di lantai 6. Proses penanganan medis dan pemadaman api kemudian dilaksanakan secara simultan terdapat korban pada saat evakuasi dan pemadaman api.
Pada saat api telah dinyatakan padam, Excecutive General Manager mendapatkan telepon dari Orang Tidak dikenal yang mengaku bertanggung jawab terhadap insiden keracunan massal dan kebakaran gedung. Orang Tidak dikenal tersebut juga menyampaikan bahwa telah memasang bom di lingkungan Kantor Regional Jatimbalinus. Pertamina berkoordinasi dengan Aparat Penegak Hukum (Polsek dan Brimob Jawa Timur) untuk penanggulangan ancaman bom dan sabotase tersebut.
“Simulasi seperti itu harus kami lakukan dikarenakan resiko pekerjaan di kota besar seperti Surabaya, rawan dengan kebakaran Gedung bertingkat, aspek Kesehatan/hygiene dan juga terorisme berupa Ancaman bom sehingga kesigapan atau awareness harus terus ditingkatkan agar upaya antisipasi bisa secara cepat dilakukan,” pungkas I. M. R. Arnaya Gula.