Bisnis.com, SURABAYA - Industri percetakan kemasan di dalam negeri berpotensi tumbuh lebih besar mengingat pasokan segmen ini masih banyak yang mengandalkan barang impor.
Ketua Asosiasi Teknik Grafika dan Media Indonesia (ATGMI), Herman Pratomo, menjelaskan ada pergeseran tren bisnis percetakan dari produksi barang publikasi berupa koran, majalah, atau media massa ke kemasan. "Faktanya di Indonesia belum banyak yang beralih ke kemasan," jelasnya di sela-sela Talkshow Global Printing dan Packaging Expo di Surabaya, Rabu (28/2/2024).
ATGMI mensinyalir sekitar 70% percetakan di Indonesia belum beralih fokus ke produk kemasan. Padahal, pasar segmen ini terus tumbuh seiring tren belanja di masyarakat yang setiap produk perlu kemasan, bisa berupa kertas kardus, karton, maupun plastik.
Industri percetakan kemasan juga tumbuh seiring dengan perkembangan usaha skala mikro dan menengah (UKM). Setiap produk perlu kemasan dan label produk. Keduanya merupakan segmen industri percetakan dan kemasan. "Kemasan ini produk jadinya ada yang paper base [berbahan kertas] dan polimer [plastik]. Keduanya ini ada potensi tumbuh," tuturnya.
Pasokan kardus kemasan skala industri di Indonesia selama ini banyak yang mengandalkan produk luar negeri. Pasalnya, skala produksi yang besar bisa menjadikan produsen kemasan luar negeri lebih efisien.
Ketua Bidang Teknik ATGMI, Clay Wala, menjelaskan industri di luar negeri mencetak kemasan dalam skala miliar lembar. Sehingga efisiensi didapatkan meski produk dijual ke luar negeri.
Baca Juga
"Potensi ini bisa digarap di Indonesia," ujarnya sembari berharap, ATGMI bisa menjembatani industri bidang percetakan dan produsen segmen kemasan, melalui Global Printing dan Packaging Expo (GPPE) yang digelar di Grand City Surabaya, 12-14 Desember 2024.
Clay menjelaskan dalam pameran akan dipertemukan pihak terkait bidang percetakan dan kemasan. Harapannya ada inovasi dan sekaligus mendorong percepatan dan industri pengemasan berkembang pesat.
Sementara ditanya soal digital printing, Clay menegaskan perbedaan utamanya di skala. Kebutuhan industri besar tentu tidak bisa dijawab dengan mesin cetak skala rumah tangga.
Nugroho Kristanto, Direktur PT Sinertek Niaga, perusahaan pemasok mesin dan konsultan percetakan, menjelaskan industri kemasan tumbuh baik karena ada permintaan konsumen. Oleh karenanya, pelaku industri juga perlu membaca pergeseran pola ini.
"Secara teknis mesin ada beberapa hal yang perlu disesuaikan bila hendak masuk segmen kemasan ini. Prinsipnya mesin cetak sama, ada penambahan alat," tuturnya.
Penyelenggara Pameran GPPE, Sofianto Widjaja, menjelaskan pergeseran industri percetakan dan kajian tekniknya serta tren terkini industri kemasan bakal dibahas dalam pameran di Surabaya.