Bisnis.com, MALANG — Pertumbuhan ekonomi di Kab. Malang mencapai 5% pada 2023, dengan kontributor dominan industri pengolahan.
Kepala BPS Kabupaten Malang, Erny Fatma Setyoharini, mengatakan pertumbuhan terjadi pada semua lapangan usaha. Lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah Transportasi dan Pergudangan sebesar 13,97%, diikuti jasa lainnya sebesar 9,59%, Jasa Perusahaan sebesar 9,15%, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 8,70%. Sementara itu, beberapa lapangan usaha lainnya masih tumbuh di bawah 8%.
“Struktur perekonomian Kabupaten Malang Tahun 2023 masih didominasi oleh Lapangan Usaha Industri Pengolahan sebesar 32,41%,” katanya, Jumat (1/3/2024).
Selanjutnya diikuti oleh Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 19,38%; Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan sebesar 14,60%; Konstruksi sebesar 12,63% serta Informasi dan Komunikasi sebesar 4,33%. Peranan lima lapangan usaha tersebut dalam perekonomian Kabupaten Malang mencapai 83,35%.
Jika dibandingkan dengan 2022, kata dia, pertumbuhan Kabupaten Malang sedikit mengalami perlambatan yaitu sebesar 0.13%. Hal tersebut dikarenakan 4 dari 5 sektor terbesar penyumbang PDRB di Kabupaten Malang, yaitu pertanian, perdagangan besar, konstruksi serta informasi dan komunikasi mengalami perlambatan pertumbuhan, menyisakan konstruksi yang mengalami percepatan pertumbuhan.
Pada sektor pertanian, dia menegaskan, fenomena El Nino sangat mempengaruhi pertumbuhannya. Tercatat pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian melambat dari 3.39% menjadi 2.63%.
Baca Juga
Erny mengatakan, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan tertinggi pada Komponen Pengeluaran Konsumsi. Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) sebesar 10,64%, diikuti Komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 5,80%, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 5,47%, dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) sebesar 2,46%
Setelah tiga tahun lebih pandemi COVID-19 melanda Indonesia, pemulihan ekonomi di Jawa Timur semakin pesat meski dengan level pertumbuhan yang berbeda-beda pada masing-masing Kabupaten/Kota.
“Tiga kabupaten/kota dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Jawa Timur adalah Kota Batu sebesar 6,19%; Kabupaten Sidoarjo sebesar 6,16% dan Kota Malang sebesar 6,07%. Kabupaten Malang berada pada urutan ke 17 bersama Kabupaten Lumajang dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5%,” ucapnya.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai pertumbuhan ekonomi selama 2023 di provinsi Jawa Timur dan kabupaten/kota mengalami perlambatan, termasuk kabupaten Malang.
Hal ini tidak terlepas dari situasi perlambatan perekonomian global dan nasional yang kemudian berdampak pada perekonomian daerah. Hal ini pula dapat dilihat dari penurunan ekspor dan impor Jawa Timur.
Kabupaten Malang dengan dominasi sektor industri pengolahan dan perdagangan, kata dia, juga ikut terdampak. El Nino serta cuaca ekstrim juga berdampak pada produktivitas sektor pertanian.
Di sisi fiskal, pola penyerapan anggaran pemerintah daerah yang lambat di awal tahun dan tinggi di akhir tahun kurang memberikan multiplier effect pada akselerasi pertumbuhan ekonomi. Hal ini menjadi PR yang terus berulang dari sisi perencanaan dan penganggaran sehingga berdampak pada SiLPA yang masih tinggi.
“Tentunya tahun 2024 ini, pemerintah daerah harus berbenah terhadap pola-pola penyerapan anggaran,” katanya.
Belanja untuk sektor produktif, penguatan daya beli, dan stabilisasi harga pangan harus menjadi prioritas untuk diserap sejak awal tahun. Jika hal ini dilakukan maka, pertumbuhan ekonomi akan terus tergaransi untuk melejit karena lebih dari 60% perekonomian daerah disumbang oleh konsumsi rumah tangga.(K24)