Bisnis.com, SUMENEP - Praktik bertani bawang merah di Kecamatan Rubaru, Sumenep, layak ditelisik lebih dalam bila Anda konsen terhadap isu pertanian berkelanjutan. Pertanian di daerah ini dominan mengandalkan siklus alam, dengan intervensi obat kimia minim.
Tim Jelajah UMKM dan Pondok Pesantren yang diinisiasi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur melihat dari dekat pertanian di kawasan ini, Rabu-Minggu (6-10/11/2024). Kami berbicara dengan petani, melihat lahan, hingga masuk kandang ternak.
"Kalau disebut full organik tidak, semiorganik mungkin, tapi polanya memang dari kandang ke lahan, demikian pula sebaliknya," kata Sirojuddin pegiat Kelompok Tani Telaga Biru, Desa Karangnangka, Rubaru, Sumenep, Sabtu (9/11/2024).
Tim Jelajah tiba di Kecamatan Rubaru, Rabu (3/11/2024). Lahan serupa tegalan, sebagian berundak dan ada pula terletak di lereng cukup mengagetkan rombongan.
Kami mengimajinasikan pusat pengembangan bawang di daerah beririgasi teknis, nyatanya lahan kering tadah hujan yang didapati. Tim datang ke Rubaru untuk melihat dari dekat bagaimana bawang merah dikembangkan dan dipoles sehingga bernilai tambah.
Selanjutnya pada Kamis-Minggu (7-10/11/2024), kami mendapatkan beberapa fakta unik, termasuk soal pertanian berkelanjutan. Berikut beberapa poin pokoknya.
Baca Juga
1. Lahan Kering di Daerah Ladang Migas
Lahan perbukitan di Kecamatan Rubaru di beberapa titik merupakan bekas ladang minyak dan gas. Masyarakat kerap mendapati semburan gas tatkala mengebor sumur dengan kedalaman lebih dari 100 meter.
Namun demikian, ada pula daerah yang air bisa didapatkan dengan mengebor sumur di kedalaman 60 meter. Kontur bergelombang membuat variasi lahan, ketersediaan air, unsur hara tanah di kawasan ini sangat beragam.
2. Embung Kecil Jadi Penyelamat
Sudah jadi pengetahuan umum bahwa air merupakan sumber kehidupan. Tak terkecuali pertanian di Kecamatan Rubaru, Sumenep. Lahan-lahan tegalan, lahan lereng, tidak dilengkapi irigasi teknis. Adanya pipa-pipa pvc menjulur membelah tanah kuning kemerahan. Pipa itulah fasilitas didistribusi air ke tanaman.
Selama menyusuri sejumlah lahan kering di Rubaru, termasuk di Desa Mandala, kami menemukan lingkaran dari anyaman bambu, berdiameter sekitar 1,5 meter setinggi 70 cm. Kerajinan tangan itu bisa dipindah-pindah.
Belakangan kami tahu, kerangka bambu tersebut, setelah diberi plastik PE, lantas diisi air, dan jadilah embung mini. Embung ini bisa menampung air hujan, atau menampung air dari sumur bor yang didistribusi pipa-pipa pvc.
3. Memanen Hujan dengan Sumur
Petani di Rubaru juga terbiasa memanen air hujan. Penggerak petani dari Desa Mandala, Abdul Rauf, menjelaskan biasanya di sawah petani buat sumur. Saat penghujan air dibiarkan meresap ke tanah, tidak dialirkan dibuang.
"Nanti tau-tau merembes ke sumur itu. Tidak meresap lagi ke bawah. Mungkin batuan jadi kedap. Teknik begitu sejak nenek moyang ada," jelasnya.
Selain sumur di lahan, pola menabung air juga dilakukan di permukiman. Tim Jelajah sempat diajak melihat sumur di depan rumah warga, tempat menampung air dari sumur bor sebelum dialirkan ke lahan-lahan.
Baca Juga : Bawang Merah Rubaru, Unik dan Unggul |
---|
4. Sapi Jadi Mitra Utama
Sapi di kawasan Rubaru merupakan mitra utama petani. Selain sebagai investasi, tenaga sapi digunakan untuk menarik garu penggaruk tanah dan kotoran sapi merupakan pupuk dasar.
Petani dari Basoka Mu'jizat menggambarkan saat pagi ada rutinitas petani membersihkan kandang. Selain kotoran, pembersihan juga mencakup rumput kering dan rontokan. Kedua bahan itu lantas dipikul ke lahan, dikumpulkan hingga dinilai siap dijadikan pupuk.
"Jadi kalau pagi-pagi melihat petani memikul ya itu, dari dulu begitu. Mungkin warisan leluhur bagaimana menyiasati lahan biar produktif," jelasnya.
Petani biasa mencampur kompos dan arang. Kedua bahan ini membantu daya simpan tanah terhadap air.
Bawang merah benih hasil penangkaran kelompok tani, Koperasi Permata Indah Rubaru, Sumenep./Bisnis – Syaharuddin Umngelo
5. Karakter Bawang Merah Rubaru
Karakter bawang merah Rubaru mencerminkan tempat dimana komoditas itu tumbuh. Umbi bawang jenis ini lebih padat. Saat digoreng tidak lembek, tetapi lebih renyah alias crispy. Bawang ini bisa tumbuh di berbagai tempat, toleran terhadap hama dan bisa ditanam di lahan kurang air.
Beragam keunggulan itu seolah rangkuman dari eksperimen leluhur petani di kawasan ini, bagaimana bertahan di lahan bergelombang, memiliki karakter tanah beragam, beberapa titik kerap mengalami kurang air. Bawang Rubaru Sumenep mewakili hasil dari keuletan, semangat dan pantang menyerah di tengah keterbatasan.
6. Bank Indonesia Memperkuat Petani
Guna mendukung pengembangan pertanian bawang merah berkelanjutan di Rubaru Sumenep, sejumlah pihak berkolaborasi, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi Jatim, Pemda Sumenep dan Bank Indonesia melakukan program penguatan petani.
Bank Indonesia mengambil peran dengan melakukan pengawasan dan evaluasi rutin, minimal setiap tiga bulan sekali. Evaluasi bertujuan untuk memastikan proses budi daya dilakukan sesuai standar operasional prosedur (SOP) dan untuk memastikan peningkatan produktivitas.
BI Jatim juga memfasilitasi sesi diskusi bersama tenaga ahli pertanian bawang merah agar petani memiliki terobosan-terobosan baru untuk melakukan budi daya bawang merah yang tepat guna dan efisien serta tetap menjaga kelestarian lingkungan.