Bisnis.com, SUMENEP - Lima perempuan duduk meriung di gazebo bagian depan sisi barat Koperasi Permata Indah Rubaru. Tangan mereka bekerja, mengupas kulit luar bawang merah, memastikan umbi bersih sebelum diiris untuk digoreng. Aktivitas ini menjadi bagian dari proses produksi bawang goreng, yang selama ini mengandalkan tenaga perempuan untuk tahap pengupasan dan pengemasan karena dianggap lebih teliti dan rapi.
Muhammad Hamdani, pengelola divisi bawang olahan Koperasi Permata Indah Rubaru (PIR), menjelaskan pengolahan bawang goreng banyak melibatkan banyak tenaga kerja perempuan, terutama pada saat pesanan meningkat.
"Saat ada pesanan ekspor, ada 30 orang perempuan yang dilibatkan. Kami antar dan jemput bawang ke rumah mereka. Jadi memang benar kalau disebut membuka ekonomi warga," jelasnya, Jumat (8/11/2024).
Hamdani menjelaskan bawang harus diantar ke pengupas karena mereka yang terlibat sudah tidak kuat beraktivitas di lahan. Namun mereka bisa produktif mengupas bawang di rumah sehingga mendapat penghasilan tambahan. Upah yang diterima Rp1.500-Rp2.000 per kg bergantung besar kecil bawang.
Seperti diketahui, bawang merah dari lahan tidak semua masuk grade dijual segar. Ada sebagian umbi terlalu kecil. Agar tidak terbuang percuma, umbi kecil alias sortiran inilah yang dimanfaatkan agar bernilai tambah. Bentuk olahan bisa berupa bawang goreng, pasta, bubuk bawang maupun camilan.
Baca Juga
Pekerja Koperasi Permata Indah Rubaru sedang memproduksi bawang goreng di Kecamatan Rubaru, Sumenep, Kamis (7/11/2024)./Bisnis–Syahrauddin Umngelo.
Manajer divisi bawang olahan Koperasi PIR, Fauzan, menjelaskan pelibatan perempuan di divisi pengolahan bawang goreng di PIR juga menginspirasi munculnya produk baru. "Jadi ada yang mau menerima minyak goreng hasil samping pengolahan, jadi minyak bumbu [seasoning oil]. Itu kami tidak pikirkan sebelumnya," ujarnya.
Dukungan terhadap Koperasi Permata Indah Rubaru juga datang dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Timur. Bank Indonesia menjadikan koperasi ini sebagai salah satu fokus program pengembangan UMKM yang sejalan dengan framework pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Bank Indonesia.
Framework tersebut bertujuan memperkuat program korporatisasi, kapasitas, dan pembiayaan UMKM agar produktif, kompetitif, dan memiliki daya tahan tinggi. Dukungan ini juga menjadi bagian dari kebijakan Bank Indonesia untuk mengendalikan inflasi, khususnya inflasi volatile food, melalui peningkatan suplai. Oleh karena itu, Bank Indonesia memprioritaskan sektor-sektor strategis, termasuk komoditas pangan seperti bawang merah, dengan fokus pada UMKM klaster pangan seperti Koperasi Permata Indah Rubaru di Kabupaten Sumenep.
Pelatihan digital marketing melalui e-commerce menjadi salah satu bentuk pendampingan Bank Indonesia untuk koperasi ini. Selain memperkuat daya saing, pelatihan ini juga mendorong kesetaraan gender dengan melibatkan perempuan dalam pengembangan produk berbasis pertanian dan UMKM hijau.
Selain itu, optimalisasi pembuatan produk turunan bawang bakal terus diperkuat, baik di sisi kapasitas maupun kualitas. Harapannya dampak yang luas (multiplier effect) atas aktivitas pengembangan bawang merah varietas Rubaru Sumenep semakin banyak dirasakan masyarakat.