Bisnis.com, MALANG — Potensi produksi ikan tangkap sampai saat ini mencapai 60 juta ton/tahun, yang berhasil ditangkap hanya sekitar 50%-nya.
Guru Besar Bidang Ilmu Pemetaan Sumber Daya Pesisir dan Laut Universitas Brawijaya, Prof. Abu Bakar Sambah, mengatakan tingkat kehilangan ikan tangkap, mencapai 25% sehingga total potensi produksi ikan tangkap hampir dimanfaatkan semuanya.
“Yang menjadi masalah pula, nelayan bianya mencari ikan di daerah-daerah yang sama sehingga dikhawatirkan potensinya jenuh dan tidak bagus dari sisi konservasi ikan tangkap,” katanya di selassala pengukuhan sebagai profesor aktif ke 25 di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan Profesor aktif ke 216 di Universitas Brawijaya serta menjadi Profesor ke 392 dari seluruh Profesor yang telah dihasilkan oleh Universitas Brawijaya di UB, Kamis (28/11/2024).
Oleh karena itulah, perlu pendekatan dan temporal dan multikriteria dalam penangkapan ikan laut.
Menurutnya, persebaran ikan di perairan sangatlah dipengaruhi oleh faktor-faktor oseanografi terutama suhu permukaan laut dan kelimpahan klorofil-a. Fenomena oseanografi secara tidak langsung memengaruhi dinamika migrasi sumber daya ikan di sebuah perairan. Ini juga yang akan membuat karakteristik perikanan disuatu perairan berbeda-beda secara ruang dan waktu.
Upwelling, kata dia, merupakan salah satu fenomena oseanografi yang terjadi di Samudera Hindia bagian selatan Pulau Bali. Upwelling dapat menjadi indikator untuk mengetahui perairan mana yang subur dan ikan yang melimpah.
Baca Juga
Hal ini terjadi karena upwelling merupakan pergerakan massa air dari dasar laut ke atas permukaan laut sehingga membawa banyak unsur hara dan tingkat kesuburan primer yang tinggi.
Perkiraan daerah terjadinya upwelling, dia menegaskan, dilakukan dengan cara mengukur parameter penyebab terjadinya upwelling yaitu suhu permukaan laut dan klorofil-a. Kedua parameter tersebut saling berkaitan dalam proses upwelling.
Peningkatan kandungan klorofil-a dan penurunan suhu permukaan laut, kata dia, mengindikasikan adanya upwelling pada daerah tersebut. Indikasi terjadinya upwelling diikuti dengan meningkatnya produktivitas perairan yang ditandai dengan penurunan nilai suhu permukaan laut dan meningkatnya konsentrasi klorofil-a.
Intensitas upwelling akan meningkat dengan kondisi suhu permukaan laut yang rendah dan kandungan klorofil-a dengan unsur hara yang tinggi menyebabkan upwelling yang membawa nutrient ke permukaan sehingga dapat menjadikan feeding ground bagi ikan.
Nelayan menyukai menangkap ikan di kawasan tertentu, kata dia, dengan pertimbangan kebiasaan. Mereka tidak berani mengambil risiko berpindah lokasi karena biaya melaut besar.
“Karena itulah, tantangan agar nelayan bisa yakin memanfaatkan informasi spasial dan temporal serta multikriteria maka informasi itu harus presisinya tinggi sehingga nelayan tidak ragu-ragu. Jika hal itu berhasil, maka pengelolaan laut bisa menyeimbangkan sisi ekonomis dan konservasi lingkungan,” ucapnya. (K24)