Bisnis.com, MALANG — Penyaluran KUR di wilayah kerja Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Malang mencapai Rp5,6 triliun pada posisi November 2024.
Kepala KPPN Malang, Mohammad Rusna, mengatakan penyaluran KUR di wilayah kerja yang mencakup Malang Raya dan Pasuruan itu diperuntukkan kepada 99.634 debitur.
“Realisasi KUR sebesar itu berarti tumbuh 23,89% dan jumlah debiturnya tumbuh 27,45% secara tahunan,” ujarnya, Sabtu (28/12/2024).
Penyaluran KUR terbanyak, kata dia, di Kab. Malang yang mencapai Rp3,1 triliun untuk 55.807 debitur yang berarti tumbuh 15,08% dan 13,8% untuk debitur secara tahunan.
Selanjutnya, Kab. Pasuruan yang mencapai Rp1,2 trilun untuk 24.842 debitur yang berartu tumbuh 55,61% dan 68,04% untuk debitur secara tahunan.
Kota Malang Rp797 miliar untuk 12.244 debitur, tumbuh 18.19% dan 28,24% untuk debitur; Kota Pasuruan Rp139 miliar untuk 2.545 debitur, tumbuh 67,53% dan 74,91% untuk debitur; Kota Batu Rp318 miliar untuk 4.196 debitur, tumbuh 19,99% dan 25,10% untuk debitur.
Baca Juga
Untuk penyaluran kredit Ultra Mikro (UMi), mencapai Rp250 miliar untuk 54.931 debitur, tumbuh 16,31%, namun -1,04% untuk jumlah nasabah secara tahunan.
Daerah yang paling banyak mendapatkan kucuran KUR, yakni Kab. Malang yang mencapai Rp113 miliar utnuk 25.354 nasabah, tumbuh 38,71% dan 17,58% debitur secara tahunan.
Berikutnya, Kab.Pasuran Rp85 miliar untuk 18.074 nasabah, turun -3,02% dan -17,55% untuk nasabah; Kota Malang Rp32 miliar untuk 7.157 nasabah, tumbuh 27,48% dan 6,92% untuk nasabah; Kota Pasuruan Rp13,9 miliar untuk 2.929 debitur, turun -5,79% dan -21,77% untuk debitur; Kota Batu Rp6,4 miliar untuk 1.417 debitur, tumbuh 2,86%, namun jumlah debiturnya turun -10,66% secara tahunan.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai penyaluran KUR meningkat yang diiringi dengan peningkatan jumlah debitur menujukkan bahwa sektor UMKM terus bergerak seiring dengan kondusifnya perekonomian.
Pulihnya perekonomian yang ditandai dengan pariwisata yang terus atraktif, kata dia, berdampak pada berkembangnya UMKM, dan juga didiorong oleh ekonomi kreatif yang terus bergeliat.
Namun disisi lain, ujar dia, menurunnya debitur ultra mikro dapat dimaknai bahwa debitur yang ada saat ini memiliki kualitas kredit yang baik, sehingga diberikan kesempatan untuk melakukan top up atau penambahan kredit.
Fakta ini juga mengindikasikan usaha ultra mikro memiliki kemandirian dalam penyediaan modal, dapat melalui modal sendiri atau berasal sumber pembiayaan kredit lainnya yang saat ini banyak sumber permodalan yang kompetitif, baik dari sisi kemudahan administrasi maupun bunga ataupun dengan konsep bagi hasil. semakin berkembangnya lembaga pembiayaan madani seperti lembaga wakaf, lagzis, BUMDesa Bersama yang banyak bergerak dalam pembiayaan UMKM.
“Tentunya, dengan semakin beragamnya sumber pembiayaan yang kredibel dan legal bagi usaha ultra mikro akan memberikan berbagai pilihan yang kompetitif dan dampak akhirnya adalah mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi,” ujar Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu.(K24)