Bisnis.com, MALANG — Kinerja perekonomian di wilayah kerja Bank Indonesia (BI) Malang diprakirakan terjaga dan tumbuh pada rentang 5,1%- 5,9% (yoy) pada 2025 yang terutama didorong oleh konsumsi rumah tangga dan ekspor seiring perbaikan kondisi mitra dagang utama.
Kepala Perwakilan BI Malang, Febrina, mengatakan pertumbuhan ekonomi diprakirakan masih akan menghadapi berbagai tantangan di antaranya ketidakpastian geopolitik global serta potensi kenaikan harga komoditas energi dan bahan baku.
“Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah BI Malang, yakni pertumbuhan ekonomi regional yang lebih tinggi, meningkatnya konsumsi rumah tangga, investasi swasta dan pemerintah dalam infrastruktur dan program sosial, kenaikan biaya operasional sektor publik dan swasta, meningkatnya aktivitas pariwisata, dan peningkatan produktivitas pertanian,” ujarnya talkshow Perekonomian Regional Malang Raya, Pasuruan dan Probolinggo Tahun 2025 di Malang, Selasa (21/1/2025).
Faktor penahannya, yakni perubahan kebijakan ekonomi global, potensi kenaikan harga komoditas, terutama energi dan bahan baku, dan tertahannya kinerja sektor pertanian akibat iklim dan cuaca.
Menurutnya, berdasarkan hasil analisis BI Malang dengan pendekatan statistik pada 2025, seluruh kab/ kota di wilayah kerja BI Malang diproyeksi mengalami pertumbuhan positif meskipun sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor musiman (seasonal).
Kota Malang sektor pengungkitnya pendidikan dan jasa, Kab. Malang pertanian, pariwisata, dan transportasi; Kota Batu, pariwisata, Kab. Pasuruan, manufaktur, Kota Pasuruan, perdagangan, Kab. Probolinggo, pertanian, dan Kota Probolinggo perdagangan dan jasa.
Baca Juga
Dia juga meyakinkan, inflasi di wilker BI Malang terjaga rendah sesuai dengan target sasaran inflasi, yakni 2,5%±1%. Faktor dasar yang mendorong terkendalinya inflasi 2025, yakni terjaganya pasokan hortikultura dan beras di tengah cuaca yang netral, peluang upaya pemerintah dalam mendorong swasembada pangan, berlanjutnya program pemerintah dan TPID serta program unggulan GNPIP, serta membaiknya daya beli masyarakat.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Prof Candra Fajri Ananda, mengatakan industri dan jasa menjadi motor pertumbuhan ekonomi di wilayah kerja BI Malang. Kota Batu, Kota Malang, dan Kota Probolinggo yang berbasis industri dan jasa memiliki perrtumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kab. Malang, Kab. Probolinggo, dan Kab. Pasuruan.
Transformasi ekonomi dari pertanian menuju sektor industri dan jasa (sekunder dan tersier) menjadi motor pertumbuhan ekonomi. “Daerah dengan Pertanian holtikultura (Kota Batu) lebih eksis,” ujarnya.
Namun di sisi lain, dia mengusulkan, agar perlu afirmatif kebijakan daerah dengan pertanian pangan (padi) seperti kab. Malang dan Kab. Probolinggo.
Dia menilai pula, transformasi ekonomi terus berjalan dengan kontribusi tiga sektor utama. Kota Malang dengan PDRB ± Rp93 triliun, yang paling menonjol sektor perdagangan (29%), industri pengolahan (26%), dan konstruksi (12%); Kab. Malang, PDRB ±Rp128 triliun industri pengolahan (32,41%), perdagangan (19,38%), dan pertanian (14,6%); Kota Batu PDRB ±Rp20 triliun, perdagangan (18%), pertanian (15%), konstruksi (12%); Kab. Malang PDRB ±Rp128 triliun, industri pengolahan (32,41%), perdagangan (19,38%), dan pertanian (14,6%).
Selanjutnya, Kota Probolinggo PDRB ±Rp14 triliun, perdagangan (26%), transportasi dan pegudangan (16%), serta industri pengolahan (14%); Kab. Probolinggo PDRB ±Rp26 triliun, perdagangan (26%), serta transportasi dan pegudangan (16%), dan industri pengolahan (14%); Kota Pasuruan PDRB ±Rp7 triliun, perdagangan (29%), industri pengolahan (19%) infokom (7%); Kab. Pasuruan PDRB ±Rp119 triliun, industri pengolahan (60%), konstruksi (10%), perdagangan (9%)
Dia menegaskan pula, permasalahan pembangunan di daerah yakni memperkuat daya tarik investasi. Kendalanya, terkait perizinan, yakni sinergi OSS masih lemah di tingkat daerah serta kepastian dan keamanan berinvenstasi (perlu sinergi yang lebih kuat dengan berbagai stakeholders, termasuk APH).
Dari sisi infrastruktur, sinergi moda transportasi untuk efisiensi logistik, optimalisasi kawasan industri (pengembangan kawasan), dan pasokan air bersih dan energi.
Aspek lingkungan, pemberlakuan green investment masih perlu penguatan serta penerapan standarisasi Industri ramah lingkungan (untuk memperkuat peluang ekspor).
Kepala OJK Malang, Biger Adzana Maghribi, menilai industri jasa keuangan di wilayah kerja OJK Malang tumbuh positif dengan likuiditas yang memadai dan profil risiko yang terjaga di tengah berbagai tantangan ekonomi global maupun domestik.
Dalam tiga pekan pertama 2025, OJK juga telah melaksanakan serangkaian upaya pengembangan dan penguatan sektor jasa keuangan seperti penerimaan daftar koperasi yang menjalankan kegiatan di sektor jasa keuangan dari Kementerian Koperasi.
Juga, pengalihan tugas pengaturan dan pengawasan aset keuangan digital dari Kementerian Perdagangan melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) kepada OJK dan Bank Indonesia, serta penguatan pertumbuhan Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) dan Buy Now Pay Later (BNPL) serta peningkatan pelindungan konsumen melalui penerbitan kebijakan baru.
Kepala Kantor Perwakilan LPS II di Surabaya, Bambang S. Hidayat, menilai kontribusi LPS dalam pembangunan nasional sangat penting. Dengan dijaminnya dana nasabah, maka ada kepercayaan masyarakat untuk menempatkan dananya di bank. “Dengan adanya DPK di bank, maka pada gilirannya bank dapat menyalurkan kredit sehingga ekonomi bisa tumbuh,” ujarnya. (K24)