Kesehatan Mental Karyawan: Beban atau Aset?

Dalam konteks yang semakin dinamis dan penuh tantangan saat ini, kesehatan mental para karyawan sering kali diabaikan dalam perencanaan bisnis
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya, dr. Ika Maulidia Nugraheni
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya, dr. Ika Maulidia Nugraheni

Bisnis.com, SURABAYA - Dalam konteks yang semakin dinamis dan penuh tantangan saat ini, kesehatan mental para karyawan sering kali diabaikan dalam perencanaan bisnis. Namun, kesehatan mental memiliki pengaruh yang besar terhadap produktivitas, inovasi, dan keberlangsungan bisnis secara keseluruhan. Menginvestasikan sumber daya untuk kesehatan mental di lingkungan kerja bukan hanya merupakan tanggung jawab sosial, tetapi juga merupakan strategi yang cerdas yang dapat memberikan manfaat ganda: meningkatkan kesejahteraan karyawan dan memperkuat kinerja perusahaan.

Mengapa Kesehatan Mental Penting?

Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Hayam Wuruk Perbanas Surabaya, dr. Ika Maulidia Nugraheni mengatakan kesehatan mental mencakup kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang. Karyawan yang memiliki kesehatan mental yang baik mampu mengatasi stres dengan lebih efektif, bekerja secara produktif, dan berkontribusi pada tim. Sebaliknya, masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan stres kronis dapat menyebabkan penurunan produktivitas, absensi, dan bahkan turnover karyawan.

“Data dari berbagai studi menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental berdampak signifikan pada ekonomi. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), depresi dan kecemasan merugikan ekonomi global sekitar 1 triliun dolar AS per tahun dalam bentuk kehilangan produktivitas. Di Indonesia, data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan peningkatan kasus depresi dan gangguan kecemasan, yang berpotensi mempengaruhi kinerja sektor ekonomi jika tidak ditangani dengan serius.”

Investasi dalam Kesehatan Mental: Lebih dari Sekadar Program

dr Ika menyebut Investasi dalam kesehatan mental di tempat kerja bukan hanya tentang menyediakan program kesehatan atau konseling. Ini adalah tentang menciptakan budaya kerja yang mendukung dan menghargai kesejahteraan mental. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil perusahaan:

  1. Program Kesehatan Mental yang Komprehensif: Menyediakan akses ke layanan konseling, terapi, dan program manajemen stress. Program ini harus mudah diakses dan terjangkau bagi semua karyawan.
  2. Pelatihan Manajemen Stres: Mengadakan pelatihan rutin tentang teknik manajemen stres, mindfulness, dan resiliensi. Pelatihan ini membantu karyawan mengembangkan keterampilan untuk mengatasi tekanan kerja dan menjaga keseimbangan hidup.
  3. Fleksibilitas Kerja: Memberikan fleksibilitas dalam hal waktu dan lokasi kerja. Opsi seperti kerja jarak jauh (remote work) atau jam kerja fleksibel dapat mengurangi stres dan meningkatkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
  4. Promosi Kesadaran: Melakukan kampanye kesadaran tentang kesehatan mental untuk mengurangi stigma dan mendorong percakapan terbuka. Kampanye ini dapat mencakup seminar, lokakarya, dan penyediaan informasi tentang sumber daya kesehatan mental.
  5. Lingkungan Kerja yang Inklusif: Menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung, di mana karyawan merasa aman untuk berbagi masalah dan mencari bantuan. Mendorong komunikasi yang terbuka dan membangun hubungan yang kuat antar karyawan.
  6. Kepemimpinan yang Peduli: Melatih para pemimpin untuk mengenali tanda-tanda masalah kesehatan mental pada karyawan dan memberikan dukungan yang tepat. Pemimpin yang peduli dan empati dapat menciptakan iklim kerja yang positif dan suportif.

Keberhasilan Investasi dalam Kesehatan Mental secara Aplikatif

“Beberapa perusahaan telah menunjukkan bahwa investasi dalam kesehatan mental dapat memberikan dampak yang signifikan. Sebagai contoh, perusahaan teknologi Google telah melaksanakan program kesehatan mental yang menyeluruh, yang mencakup pelatihan mindfulness serta akses ke layanan konseling. Sebagai hasilnya, Google melaporkan adanya peningkatan produktivitas, penurunan tingkat absensi, dan peningkatan kepuasan di kalangan karyawan. Di Indonesia, sejumlah perusahaan multinasional juga mulai mengadopsi pendekatan serupa. Unilever Indonesia, contohnya, memiliki program kesehatan mental yang mencakup pelatihan manajemen stress dan akses ke layanan konseling. Perusahaan ini melaporkan adanya peningkatan keterlibatan karyawan serta penurunan tingkat pergantian karyawan.”

Mengatasi Hambatan dalam Implementasi

dr Ika menyebut meskipun manfaatnya jelas, implementasi program kesehatan mental di tempat kerja sering kali menghadapi hambatan. Beberapa di antaranya adalah:

  • Stigma: Banyak karyawan enggan mencari bantuan karena takut akan stigma dan diskriminasi. Perusahaan perlu berupaya keras untuk menghilangkan stigma dan menciptakan budaya yang mendukung
  • Biaya: Investasi dalam kesehatan mental membutuhkan anggaran yang signifikan. Namun, perusahaan perlu menyadari bahwa biaya yang dikeluarkan jauh lebih kecil dibandingkan dengan kerugian akibat penurunan produktivitas dan turnover
  • Kurangnya Kesadaran: Beberapa perusahaan mungkin belum menyadari pentingnya kesehatan mental dan tidak memiliki sumber daya untuk mengembangkan program yang efektif. Edukasi dan pelatihan bagi manajemen dapat membantu mengatasi masalah ini

Kesimpulan

Investasi dalam kesehatan mental di tempat kerja bukan lagi sekadar pilihan, melainkan suatu keharusan. Perusahaan yang peduli terhadap kesejahteraan mental karyawan akan menuai hasil yang positif dalam bentuk peningkatan produktivitas, inovasi, dan retensi karyawan. Dengan menciptakan budaya kerja yang mendukung dan menghargai kesehatan mental, perusahaan dapat membangun bisnis yang berkelanjutan dan sukses di masa depan. Sudah saatnya kita mengubah paradigma dan melihat kesehatan mental sebagai aset yang berharga, bukan sebagai beban. Dengan berinvestasi dalam kesehatan mental, kita berinvestasi dalam masa depan bisnis dan masyarakat yang lebih baik, Pungkas dr Ika.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper