Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cegah Ketimpangan Antardaerah, Guru Besar Ekonomi UB Usulkan Model Pemetaan Baru

Guru Besar UB usulkan model pemetaan klub konvergensi ganda (KKnDa).
Keterangan foto: Prof. Dwi Budi Santoso. Bisnis/Choirul Anam
Keterangan foto: Prof. Dwi Budi Santoso. Bisnis/Choirul Anam

Bisnis.com, MALANG — Perlu diterapkan model pemetaan klub konvergensi ganda (KKnDa) yang diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif bagi perencana daerah untuk menyusun kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan karakteristik dinamika pendapatan dan investasi per kapita, terutama di Jatim.

Profesor dalam bidang Ekonomi Regional Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (UB), Prof. Dwi Budi Santoso, mengatakan problem ekonomi regional di Jatim setidaknya ada dua, yakni pertumbuhan ekonominya yang tidak tinggi, juga ada tingkat ketimpangan ekonomi antardaerahnya tinggi.

“Model perencanaan yang perlu dipertimbangkan, yakni model pemetaan klub konvergensi ganda (KKnDa),” katanya di sela-sela pengukuhan sebagai guru besar di UB, Rabu (28/5/2025).

Dengan model pemetaan tersebut, kata dia, maka diharapkan dapat memberikan informasi yang komprehensif bagi perencana daerah untuk menyusun kebijakan percepatan pertumbuhan ekonomi berdasarkan karakteristik dinamika pendapatan dan investasi per kapita. 

Selain dapat digunakan untuk mendesain percepatan pertumbuhan ekonomi, kata dia, model pemetaan ini juga mampu digunakan untuk penyusunan kebijakan penurunan tingkat ketimpangan ekonomi antardaerah.

Berbeda dengan model pemetaan klub konvergensi dengan indikator tunggal, dia menilai, model pemetaan KKnDa mampu memberikan hasil analisis yang lebih baik dan lengkap, khususnya untuk penyusunan kebijakan ekonomi regional

Kemampuan model ini berupa:

(1) Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan juga investasi. Peningkatan inovasi daerah, misalnya, dapat dengan cepat akan diketahui dampaknya pada pertumbuhan ekonomi, ketika inovasi tersebut terjadi pada peningkatan produktifitas.

(2) Mengidentifikasi seberapa besar tingkat ketimpangan pendapatan antar daerah, walupun dalam bentuk narasi besar dan kecil, bukan dalam skala ratio ataupun interval.

(3) Memprediksi arah pertumbuhan ekonomi daerah dan juga potensi kesenjangan pendapatan per kapita antardaerah.

Menurutnya, berdasarkan RPJPN 2025-2045. Indonesia memiliki target pertumbuhan pendapatan per kapita rata-rata 7,5% sampai dengan 8,9% per tahun untuk mencapai 23 hingga US$30.300 pada akhir 2045. 

“Target pertumbuhan ekonomi nasional yang begitu tinggi ini tentu berimbas pada tingginya target pertumbuhan ekonomi di tingkat provinsi, khususnya Jawa Timur,” ucapnya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper