Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dipicu Kenaikan Cabai, Kota Malang Alami Inflasi 0,38% pada Juni

Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,38% pada Juni 2025 yang dipicu antara lain karena kenaikan harga cabai.
Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,38% pada Juni 2025 yang dipicu antara lain karena kenaikan harga cabai / Bisnis-Abdurachman
Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,38% pada Juni 2025 yang dipicu antara lain karena kenaikan harga cabai / Bisnis-Abdurachman

Bisnis.com, MALANG — Kota Malang mengalami inflasi sebesar 0,38% pada Juni 2025 yang dipicu antara lain karena kenaikan harga cabai.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Umar Sjaifudin, mengatakan komoditas utama penyumbang inflasi selain cabai rawit, yakni kacang panjang, emas perhiasan, telur ayam ras, dan bawang merah.

"Beberapa komoditas hortikultura mulai kembali ke harga normal setelah mengalami penurunan harga pada bulan sebelumnya, seperti cabai rawit dan bawang merah," ucap Umar Sjaifudin, Selasa (1/7/2025).

Dibandingkan dengan Mei 2025, kata dia, terlihat adanya tren peningkatan harga emas pada Juni 2025.

Kenaikan harga emas global tentunya juga memengaruhi harga emas di Indonesia beserta produk turunannya, seperti emas perhiasan yang turut mengalami kenaikan harga.

Selain itu, peringatan Hari Raya Iduladha pada 6 Juni 2025 meningkatkan permintaan beberapa bahan pangan di masyarakat.

Peristiwa yang mengerem inflasi, yakni pemerintah kembali memberikan stimulus pemberian diskon kereta api sebesar 30 persen pada perjalanan kelas ekonomi nonsubsidi.

Tarif diskon berlaku untuk pembelian dan keberangkatan 5 Juni–31 Juli 2025.

Inflasi tahun ke tahun year-on-year (yoy) Kota Malang pada Juni 2025 sebesar 2,11%. Inflasi ini dipicu oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya yang memberikan andil sebesar 0,63%.

"Inflasi tahun ke tahun pada Juni 2025 dipicu oleh beberapa komoditas utama penyumbang inflasi antara lain emas perhiasan, bahan bakar rumah tangga, beras, kopi bubuk, dan Sigaret Kretek Mesin (SKM)," ucapnya.

Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Joko Budi Santoso, menilai peningkatan permintaan sejumlah komoditas mengindikasikan adanya kenaikan daya beli seiring dengan beberapa program bansos yang digulirkan oleh pemerintah, seperti Bantuan Subsidi Upah (BSU).

Sementara itu, kata dia, harga emas sangat dipengaruhi situasi global, di mana selama Juni ketegangan geopolitik meningkat karena perang Iran vs Israel didukung Amerika Serikat (AS). Hal ini juga berdampak pada harga energi nonsubsidi yang dapat memicu inflasi pada Juli. 

Selain itu, mulainya musim liburan juga akan berdampak pada tekanan inflasi di bulan Juli, khususnya dari kelompok transportasi.

Hal yang tak kalah penting adalah menjaga pasokan dan distribusi komoditas pangan di tengah pancaroba yang dapat menggangu produksi.

"Mesin-mesin TPID saatnya terus dipanaskan untuk mendetekai awal tekanan inflasi," kata Joko yang juga Peneliti Senior Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi FEB UB itu.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper