Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Circular Economy Forum 2025: Jawa Timur Dorong Pengelolaan Sampah Terpadu

Jawa Timur berkomitmen menerapkan ekonomi sirkular dalam pengelolaan sampah dengan memperkuat bank sampah dan TPS 3R, melibatkan masyarakat dan industri.
Regional Public Affairs Manager CCEP Indonesia Armytanti Hanum Kasmito (dua dari kiri) dalam Circular Economy Forum 2025 di Surabaya, Selasa (26/8/2025)./Bisnis.
Regional Public Affairs Manager CCEP Indonesia Armytanti Hanum Kasmito (dua dari kiri) dalam Circular Economy Forum 2025 di Surabaya, Selasa (26/8/2025)./Bisnis.

Bisnis.com, SURABAYA — Provinsi Jawa Timur mengambil langkah strategis dan berkomitmen penuh untuk mengimplementasikan kebijakan pengelolaan sampah berbasis model ekonomi sirkular.

Plt. Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, Nurkholis, mengatakan kebijakan ini bukan hanya soal kebersihan, tetapi juga tentang menciptakan ekosistem ekonomi baru yang berkelanjutan. Kebijakan itu, lanjutnya, melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dari rumah tangga hingga industri besar.

“Beberapa langkah konkret yang akan dan telah kita jalankan, yakni memperkuat Gerakan ‘Bank Sampah’ dan ‘TPS 3R’ di setiap desa/kelurahan karena hal ini merupakaan ujung tombak dimana sampah dipilah dan memiliki nilai jual sejak dari sumbernya,” ujarnya dalam Circular Economy Forum 2025 di Surabaya, Selasa (26/8/2025).

Ia menjelaskan, pemerintah provinsi bersama kabupaten/kota berupaya mengedepankan pengurangan sampah dari sumbernya. Dari total komposisi sampah di Jawa Timur, 60,94% merupakan sampah organik yang bisa diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan 38,06% adalah sampah anorganik yang dapat dikelola melalui prinsip 3R (reduce, reuse, recycle).

Upaya pengelolaan dilakukan melalui pengembangan bank sampah sebanyak 5.170 unit, program inovasi Desa Berseri di 1.126 desa/kelurahan, serta TPST 3R sebanyak 223 unit. Selain itu, pemerintah juga mendorong inovasi dan kewirausahaan hijau dengan dukungan permodalan, pelatihan, serta pemasaran bagi pelaku usaha daur ulang.

“Membangun Kemitraan Strategis dengan Dunia Industri. Kami mendorong industri untuk menerapkan Extended Producer Responsibility (EPR) atau Tanggung Jawab Produsen yang diperluas sesuai Permen LHK No. 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen,” ucapnya.

Dengan kebijakan itu, produsen bertanggung jawab atas kemasan produknya pasca-konsumsi, baik melalui program take-back, daur ulang, maupun redesign kemasan ramah lingkungan. Nurkholis juga menambahkan pentingnya pusat inovasi pengolahan sampah dengan teknologi tepat guna, serta penerapan green procurement dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Regional Public Affairs Manager Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia, Armytanti Hanum, menegaskan perseroan konsisten melaksanakan ketentuan tersebut. Implementasi dilakukan melalui Yayasan Mahija Parahita Nusantara (Mahija) dan PT Amandina Bumi Nusantara (Amandina) yang membentuk ekosistem daur ulang botol PET bersama Dynapack Asia.

Amandina memproduksi resin daur ulang (rPET) dari botol PET pasca-konsumsi, sedangkan Mahija memastikan pengadaan botol dilakukan secara bertanggung jawab serta meningkatkan kesejahteraan pekerja sampah.

Dia menuturkan, sejak 2023 lebih dari 118.620 botol PET berhasil dikumpulkan melalui program Recycle In Action. Selain itu, pekerja sampah juga menerima beragam manfaat seperti pemeriksaan kesehatan, distribusi sembako dan makanan selama Ramadan, hingga dukungan pendidikan berupa sekolah alternatif, beasiswa, dan program sekolah keliling.

"Secara ringkas, collection center 36, collection partner 2.400, dan pejuang daur ulang 60.000," ujarnya.

Kepala Departemen Teknik Lingkungan FT-SPK Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Susi Agustina Wilujeng, menyebut ada lima sektor yang berpotensi besar mengadopsi ekonomi sirkular di Indonesia, yakni makanan dan minuman, tekstil, konstruksi, perdagangan grosir dan eceran, serta peralatan listrik dan elektronik.

Namun, ia mengingatkan hambatan yang dihadapi cukup kompleks, mulai dari sulitnya mengubah kebiasaan masyarakat, minimnya infrastruktur pendukung, lemahnya regulasi, hingga terbatasnya modal. Ia menambahkan, ITS bersama sejumlah universitas di Indonesia dan Nanyang University Singapore aktif melakukan penelitian terkait ekonomi sirkular, termasuk pengembangan maggot dari sampah organik, material konstruksi ramah lingkungan, serta ekonomi biru di Indonesia dan Malaysia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro