Bisnis.com, GRESIK - PT Semen Indonesia Tbk tahun ini akan lebih mengembangkan pasar ekspor terutama di wilayah Australia, Afrika dan Timur Tengah mengingat kondisi pasar semen domestik masih belum optimal.
Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan Semen Indonesia (SI), Sigit Wahono mengatakan tahun lalu volume penjualan semen di pasar ekspor sangat tumbuh positif yakni tembus 68,7%. Sedangkan penjualan semen di pasar domestik cuma bisa tumbuh 1,2%.
"Karena kondisi produksi dalam negeri over supply, kami akan buka pasar-pasar baru misalnya di Australia, kami akan cari buyer-buyer di sana meski tahun lalu sudah pernah ekspor ke sana, kan memang belum semua wilayah terjangkau produk kita," jelasnya saat update kinerja, Selasa (26/2/2019).
Dia mengatakan potensi pasar ekspor lainnya yang akan digarap yakni Bangladesh, Sri Lanka, kawasan Timur Tengah dan Afrika seperti di Madagaskar yang dulu pernah menjadi konsumen Semen Indonesia.
"Tahun lalu negara tujuan ekspor kita sama dengan yang akan kita bidik tahun ini. Penjualan semen ekspor kami banyak ditopang oleh pasar Filipina, Australia, Bangladesh, dan Sri Lanka," katanya.
Adapun penjualan Semen Indonesia pada 2018 mengalami pertumbuhan 5,8% dari periode sebelumnya yakni dari 28,9 juta ton menjadi 30,5 juta ton.
Baca Juga
Penjualan tersebut ditopang pasar domestik yang hanya mencapai 27,4 juta ton atau naik 1,2% dari capaian 2017 yakni 27 juta ton. Sementara untuk pasar ekspor pada 2018 mampu mencapai 3,1 juta ton atau melonjak 68,7% dari 2017 yakni yang hanya 1,8 juta ton.
Sementara penjualan Semen Indonesia Group yang diproduksi Vietnam atau Thang Long Cement Company (TLCC) mengalami pertumbuhan 7,9% dari 2,38 juta ton pada 2017 menjadi 2,57 juta pada 2018.
Khusus untuk pasar domestik Vietnam turun 9,8% dari 1,8 juta ton menjadi 1,6 juta ton. Sedangkan pasar ekspor tumbuh 71,6% dari 519.567 ton menjadi 891.807 ton.
"Memang pasar domestik di Indonesia maupun yang di Vietnam kurang bagus. Di Vietnam pun ada 30 an pemain lokal di sana sehingga persaingannya juga sangat ketat," imbuh Sigit.
Dia menambahkan, untuk penjualan semen di Januari 2019 terjadi penurunan 5,42% dibandingkan Januari 2018, terutama di pasar domestik mengalami penurunan 6,27% yakni dari 2,28 juta ton pada Januari 2018 menjadi 2,1 juta ton pada Januari 2019.
"Penurunan di awal tahun ini terjadi pada semen curah karena memang sebagian besar proyek 2018 sudah selesai dan proyek baru 2018 belum jalan. Di Jakarta kelihatan turun karena proyek MRT sudah selesai sehingga konsumsi pun turun, sedangkan di Yogyakarta konsumsi naik karena ada konstruksi bandara," jelasnya.