Bisnis.com, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Pawaransa menilai banyak sentra produksi ikan bandeng yang memerlukan cold storage untuk menyimpan hasil panen agar tidak terjadi kelebihan pasokan di pasar.
“Beberapa waktu lalu memang banyak petambak yang mengeluhkan adanya over suplai karena hasil panennya tidak terserap pasar dengan baik sehingga harganya anjlok,” ungkapnya melalui rilis pada Jumat (14/6/2019).
Dia mengemukakan kurangnya penyerapan pasar tersebut juga salah satunya akibat belum maksimalnya koordinasi antara petambak bandeng dengan pemerintah dan perusahaan pengolahan ikan sebagai pasar utama.
“Saya minta pemda meningkatkan komunikasi perdagangan antardaerah secara intensif. Kurangnya komunikasi antara petambak bandeng dengan perusahaan ini membuat hasil produksi tidak terserap, misalnya perusahaan pengolahan ikan buka pada Rabu, tapi petambaknya panen pada Minggu,” ujarnya.
Menurut Khofifah, apabila petambak bandeng bisa mendapatkan info kebutuhan pasar, dan mau menahan beberapa hari untuk tidak melakukan panen, tidak akan terjadi over suplai. Sementara itu, beberapa wilayah yang menjadi sentra produksi bandeng pun kekurangan cold storage.
Diketahui, Gubernur Khofifah telah meninjau perusahaan pengolahan ikan bandeng yakni PT Dimas Reiza Perwira di Kawasan Industri Rungkut pada Jumat (14/6/2019) untuk mengidentifikasi persoalan anjloknya harga bandeng di Jatim.
Adapun PT Dimas Reiza Perwira merupakan perusahaan pengolahan bandeng yang sudah melakukan ekspor ke sejumlah negara misalnya China, Korea Selatan, dan Taiwan.
Perusahaan tersebut memproduksi bandeng tanpa duri sebanyak 1 ton/hari, patin fillet 5 ton/ hari, dan bandeng umpan 15 ton hingga 20 ton per hari, sedangkan yang diekspor 7 hingga 15 kontainer atau setara 175 ton - 350 ton per bulan.