Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Integra Indocabinet (WOOD) Garap Potensi Bisnis Baru

Pasar AS mulai banyak ketidakpastian [sejak Q3 2022], oleh karenanya kapasitas produksi [WOOD] tidak ekspansi.
Ilustrasi produk furnitur./Ist
Ilustrasi produk furnitur./Ist

Bisnis.com, SURABAYA - Perusahaan pengolahan kayu dan produk turunannya, PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) memaksimalkan penggunaan modal sendiri untuk menggarap potensi pendapatan baru dan sekaligus menahan tekanan dari penjualan.

Direktur PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) Wang Sutrisno menjelaskan produk utama perseroan berupa furnitur mayoritas ditujukan untuk pasar Amerika Serikat (AS). Demikian pula, produk panel kayu juga masih mengandalkan serapan terbesar dari negeri Paman Sam.

"Pasar AS mulai banyak ketidakpastian [sejak Q3 2022], oleh karenanya kapasitas produksi [WOOD] tidak ekspansi, karena kapasitas terpasang melebihi dari yang digunakan," jelasnya dalam paparan publik, Kamis (27/6/2024).

Wang menjelaskan pada tahun lalu penjualan ke AS mengalami penurunan penjualan lebih 50%. Namun demikian, untuk Q1/2024 kinerja penjualan masih datar. Melihat suku bunga perumahan di AS, perseroan memperkirakan pasar furnitur tetap kurang bergairah.

"Untuk 2024 tidak menargetkan [penjualan ekspor] tinggi, pertumbuhan 10%-15% coba didapatkan," tuturnya dalam paparan via daring.

Menurutnya, berdasar pemesanan yang sudah masuk pada awal 2024, permintaan furnitur masih tertekan, sementara untuk komponen bangunan mengalami kenaikan. "Tren akan diprediksi akan terus sama di Q2 dan Q3 [2004]," tambah Wang.

Wang menuturkan untuk pasar ekspor, WOOD masih tetap mengandalkan pasar AS sebagai tujuan penjualan, dengan pertimbangan negara Paman Sam merupakan pasar furnitur terbesar di dunia. Sementara kontribusi ekspor furnitur asal Indonesia ke pasar tersebut kurang dari 5%.

"Itulah kami melihat dalam kondisi sekarang AS masih cukup besar dilayani," ujarnya mengenai alasan strategi perseroan berkonsentrasi terhadap penjualan ke AS.

Sementara untuk pasar domestik, WOOD terlibat dalam pengadaan beberapa furnitur proyek pemerintah, termasuk proyek di Ibu Kota Nusantara (IKN). Oleh karenanya, perseroan berharap ada pertumbuhan kembali, setidaknya melanjutkan pertumbuhan pasar domestik pada Q1/2024 yang tercatat naik 1,2%.

Merujuk data laporan keuangan Q1/2024 anaudited, penjualan bersih WOOD per 31 Maret 2024 sebesar Rp641,31 miliar tumbuh 1,24% dari penjualan 31 Maret 2023 sebesar Rp633,41 miliar. Dari aktivitas bisnis ini, perseroan membukukan laba sebelum pajak Q1/2024 sebesar Rp54,93 miliar naik 62,28% dari Q1/2023 sebesar Rp33,84 miliar.

Adapun laba tahun berjalan WOOD per Q1/2024 tercatat Rp40,47 miliar naik 61,59% dari Q1/2023 Rp25,04 miliar.

Sementara dalam pengembangan bisnis, Wang Sutrisno menuturkan, perseroan bakal masuk bisnis konservasi hutan untuk menghasilkan karbon. Bisnis ini dinilai berkontribusi terhadap pendapatan perseroan 5%-7%.

"Nantinya dengan bisnis karbon berangsur-angsur bertahap naik, dalam waktu 10 tahun berkembang [bisa berkontribusi] 25%-50%," jelasnya. Meski optimistis menggarap bisnis karbon, perseroan berharap pemerintah segera memberi regulasi pasti terkait segmen usaha ini.

Selain menggarap bisnis karbon, WOOD juga akan mengembangkan bisnis properti dengan memanfaatkan lahan 40 hektare di Sidoarjo, Jawa Timur. Langkah ini diambil dengan pertimbangan lokasi milik perseroan tidak memungkinkan dijadikan pusat produksi karena upah buruh di lokasi tersebut tinggi.

"Pertimbangannya melakukan utilisasi aset, terutama yang bisa mengkontribusi keuangan. Kami kerja sama dengan pihak ketiga di bidang tersebut. Sudah selesai FS [studi kelayakan], potensinya baik," jelasnya.

Dari total lahan 40 hektare tersebut, 30 ha dimiliki induk dan 10 ha anak perusahaan terafiliasi. Diperkirakan dari total lahan tersebut bisa dibangun sekitar 1.600 unit rumah. "Kami pikir mencoba mengoptimalisasi working capital yang dimiliki," tuturnya mengenai strategi yang ditempuh perseroan merespons tekanan pasar.

Wang juga menegaskan komitmen perseroan mengurangi beban utang. Terbaru, WOOD melunasi obligasi dan sukuk Rp518,26 miliar. "Kami tidak me-roll over. Kami berusaha mengelola working capital lebih cermat, mencoba tidak menambah utang dulu," tegasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Miftahul Ulum
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper