Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kota Probolinggo Alami Inflasi Tahunan 1,96% pada September

Kota Probolinggo mengalami inflasi tahunan 1,96% pada September 2024 sehingga tekanan inflasi Kota Probolinggo tetap terjaga.
Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog./JIBI-Ni Luh Anggela.
Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog./JIBI-Ni Luh Anggela.

Bisnis.com, MALANG Kota Probolinggo mengalami inflasi tahunan 1,96% pada September 2024 sehingga tekanan inflasi Kota Probolinggo tetap terjaga di kisaran sasaran inflasi. 

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Malang, Febrina, mengatakan hal ini tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi.

“Implementasinya di antaranya pembukaan Toko Kopi Siaga selama September 2024 yang menjual bahan pangan pokok dengan harga murah a.l. beras SPHP, gula pasir premium, minyak goreng, bawang merah, telur ayam, cabai, dan lainnya,” ujarnya, Kamis (3/10/2024).

Selain itu, kata dia, pelaksanaan pasar murah setiap minggu selama September 2024, penyampaian infografis neraca pangan mingguan selama September 2024, pemantauan harga bahan pangan pokok selama September 2024, dan rakor rutin mingguan pengendalian inflasi bersama Kemendagri  2, 9, 16, dan 23 September 2024

Menurutnya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Probolinggo pada bulan September 2024 mengalami deflasi bulanan sebesar -0,01% (mtm) tidak sedalam bulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,03% (mtm). 

Secara tahunan, Kota Probolinggo tercatat mengalami inflasi sebesar 1,96% (yoy) dan 1,17% (ytd). Dengan demikian, dia menegaskan, inflasi tahunan periode September 2024 di Kota Probolinggo masih tetap terkendali di kisaran rentang sasaran inflasi. 

Deflasi terjadi pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil -0,1% (mtm). Adapun komoditas penyumbang deflasi terbesar adalah cabai rawit, telur ayam ras, beras, daun bawang, dan bensin masing-masing dengan andil -0,13%, -0,03%, -0,03%, -0,02% dan -0,02% (mtm). 

Penurunan harga pada komoditas cabai rawit dan daun bawang terjadi seiring terjaganya pasokan pada masa panen raya. Sementara itu, komoditas beras terpantau cukup ditengah masa panen gadu di berbagai sentra produksi. Penurunan harga pada komoditas telur ayam ras terjadi seiring terjaganya pasokan didukung melimpahnya populasi di kalangan peternak. 

Sementara penurunan harga pada komoditas bensin terjadi seiring dengan penyesuaian penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi.

Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan tarif kelompok pendidikan dengan andil 0,09% (mtm) dan kenaikan harga kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan andil 0,03% (mtm). 

Berdasarkan komoditasnya, deflasi tertahan oleh peningkatan harga komoditas akademi/perguruan tinggi, kopi bubuk, sigaret kretek mesin, daging ayam ras dan bawang merah masing-masing dengan andil 0,08%, 0,06%, 0,02%, 0,01%, dan 0,01% (mtm). 

Kenaikan tarif akademi/perguruan tinggi terjadi seiring penyesuaian biaya pendidikan. Inflasi pada komoditas kopi bubuk terjadi seiring kenaikan harga komoditas kopi dunia. Selanjutnya, kenaikan harga sigaret kretek mesin terjadi akibat penyesuaian tarif cukai hasil tembakau (CHT) secara bertahap pada  2024. 

Adapun kenaikan harga bawang merah terjadi seiring dengan panen raya yang telah usai sehingga pasokan bawang merah mulai berkurang,” ucapnya. (K24)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper