Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Malang Nilai Sinergi Kolaboratif Tekan Inflasi November

Tekanan inflasi Kota Malang pada November 2024 tercatat masih terkendali. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID.
Beras jadi penahan inflasi di Malang./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.
Beras jadi penahan inflasi di Malang./Bisnis-Eusebio Chrysnamurti.

Bisnis.comMALANG — Bank Indonesia (BI) Malang menikai gerakan sinergi kolaboratif Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mampu menekan inflasi pada November 2024 yang angkanya mencapai 1,12% (yoy).

Kepala Perwakilan BI Malang, Febrina, mengatakan tekanan inflasi Kota Malang pada November 2024 tercatat masih terkendali. Hal ini tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID yang diwujudkan melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi.

“Sinergi dimaksud, di antaranya, pelaksanaan sidak pasar dan distributor untuk pemantauan harga dan stok bahan pokok menjelang Pilkada dan Nataru yang telah dilaksanakan pada 26 November 2024,” katanya, Selasa (3/12/2024).

Selanjutnya, pelaksanaan Gerakan Pangan Murah selama November 2024 di Kota Malang, pemantauan harga bahan pangan pokok selama November 2024, dan tindak lanjut rakor rutin mingguan pengendalian inflasi bersama Kemendagri tanggal 4, 11, 18, 25 November 2024. 

Menurutnya, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan November 2024 mengalami inflasi bulanan sebesar 0,24% (mtm) meningkat dibanding bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,20% (mtm). Dengan capaian tersebut, Kota Malang tercatat mengalami inflasi tahunan sebesar 1,22% (yoy) atau 0,89% (ytd).

Inflasi periode November 2024, dia menegaskan,  terutama didorong oleh kenaikan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,17% (mtm), kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan andil 0,05% (mtm), kelompok transportasi dengan andil 0,12% (mtm), dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga dengan andil 0,01% (mtm).

Berdasarkan komoditas penyebabnya, inflasi terbesar Kota Malang didorong oleh kenaikan harga komoditas bawang merah, emas perhiasan, daging ayam ras, tomat, dan minyak goreng masing-masing dengan andil 0,11%, 0,05%, 0,05%, 0,03%, dan 0,01% (mtm). 

Kenaikan harga bawang merah dan tomat terjadi seiring dengan masa panen holtikultura yang telah usai sehingga mempengaruhi jumlah pasokan.

Adapun kenaikan harga daging ayam ras disebabkan oleh kenaikan harga pakan unggas. Selanjutnya peningkatan komoditas minyak goreng dipicu oleh peningkatan harga CPO dunia serta berakhirnya DMO yang berdampak pada kenaikan harga minyak curah. Sementara itu, peningkatan harga komoditas komoditas emas terjadi sejalan dengan peningkatan harga komoditas emas di pasar global seiring situasi geopolitik yang masih belum stabil.

Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh deflasi pada komoditas beras, cabai rawit, kentang, cabai merah, dan pisang masing-masing dengan andil -0,03%, -0,02%, -0,02%, -0,02% dan -0,02% (mtm). 

“Penurunan harga komoditas beras terjadi seiring stok beras yang masih mencukupi. Demikian halnya pada komoditas cabai rawit, cabai merah, kentang, dan pisang yang pasokannya meningkat di tengah panen yang masih berlangsung di sentra produksi,” ucapnya.(K24)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper