Bisnis.com, SURABAYA - Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur menyatakan harga komoditas yang fluktuatif di antaranya akibat cuaca, kebijakan pemerintah dan ekonomi global, menyebabkan inflasi sebesar 1,51% (year-on-year/yoy) sepanjang 2024.
“Pergerakan harga internasional, cuaca dan musim panen, serta kebijakan pemerintah mendorong inflasi sebesar 1,51 persen di Jawa Timur,” kata Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli dalam konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (2/1/2025).
Zulkipli menjelaskan pergerakan harga internasional mempengaruhi terjadinya inflasi di Jawa Timur antara lain kenaikan harga emas dunia yang menyebabkan inflasi pada komoditas emas perhiasan.
Selain itu, berkurangnya produksi dari negara utama penghasil kopi dunia turut mendorong naiknya harga kopi dunia serta adanya kenaikan harga crude palm oil (CPO) juga menyebabkan harga minyak naik.
Tak hanya dari internasional, inflasi Jatim turut diakibatkan oleh faktor cuaca dan musim panen seperti adanya fenomena El Nino yang berdampak pada mundurnya masa panen padi serta siklus musim panen produk pertanian hortikultura yang membentuk harga fluktuatif.
“Cabai rawit, cabai merah, bawang merah, dan tomat cukup fluktuatif harganya karena siklus musim panen,” ujarnya.
Baca Juga
Bahkan kenaikan harga pakan unggas juga mendorong inflasi pada beberapa komoditas hasil peternakan yaitu di antaranya adalah komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras.
Kemudian, beberapa kebijakan pemerintah turut mendorong terjadinya inflasi di Jatim seperti beberapa kali penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (non subsidi), kenaikan tarif cukai rokok sebesar 10%, serta penyesuaian tiket pesawat udara.
Penerbitan Permendag 18 Tahun 2024 turut mendorong inflasi Jatim yakni Domestic Market Obligation (DMO) minyak goreng rakyat yang dulu berbentuk curah kini diubah menjadi hanya dalam bentuk MinyaKita.
Zulkipli menyebutkan dari seluruh faktor yang ada diketahui bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau merupakan faktor paling berpengaruh terhadap inflasi Jatim yakni memiliki andil sebesar 0,55%.
“Untuk kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya merupakan andil kedua dalam inflasi Jatim yaitu andilnya sebesar 0,42 persen,” katanya.
Secara spesifik menurut kabupaten/kota Indeks Harga Konsumen (IHK) di Jatim, Sumenep mengalami inflasi tertinggi yaitu 1,97%, dan diikuti oleh Probolinggo 1,9%, Gresik 1,85%, serta Tulungagung 1,75%.
Kemudian inflasi Jember 1,74%, Banyuwangi 1,73%, Surabaya 1,38%, Kota Malang 1,36%, Kota Madiun 1,31%, Kota Kediri 1,19% dan Bojonegoro 1,14%.