Bisnis.com, SURABAYA — Nominal simpanan tier di bawah Rp100 juta di Jawa Timur (Jatim) tumbuh sebesar 5,18% dari total nominal Rp144 triliun pada Maret 2024 menjadi Rp151 triliun pada Maret 2025.
Kepala Kantor Perwakilan LPS II Surabaya Bambang S. Hidayat menjelaskan di tengah ketidakpastian global, kondisi simpanan bank umum di Jatim menunjukkan tren positif pada seluruh kelompok simpanan (tiering) dengan pertumbuhan tertinggi tercatat pada tiering di bawah Rp100 juta dan tiering Rp500 juta sampai Rp1 miliar.
“Pertumbuhan nominal simpanan bank umum di Jawa Timur [Jatim] dengan kelompok nominal simpanan atau tiering kurang dari Rp100 juta hingga tiering Rp500 juta-Rp1 miliar mengalami pertumbuhan pada akhir kuartal I/2025,” katanya.
Tren pertumbuhan ini, dia menilai, menunjukkan adanya perbaikan simpanan pada kelas menengah di Jatim.
Tiering Rp100 juta – Rp200 juta juga menunjukan pertumbuhan 4,79% yoy menjadi Rp56,9 triliun. Lalu tiering Rp200 juta – Rp500 juta tumbuh 4,18% yoy menjadi Rp87,3 triliun, dan tiering Rp500 juta – Rp1 miliar tumbuh 5,52% yoy menjadi sebesar Rp72,6 triliun.
Bambang menyebut, Jatim masih berkontribusi cukup tinggi di sektor perbankan. Hal tersebut terlihat dari jumlah rekening di Jatim yang menempati posisi ketiga secara nasional yakni sebanyak 71,5 juta rekening, di bawah Jawa Barat sebanyak 75,7 juta rekening dan DKI Jakarta sebanyak 171,1 juta rekening.
Baca Juga
“Sedangkan secara nominal simpanan, Jatim menempati posisi kedua secara nasional dengan nominal sebesar Rp777,8 triliun di bawah DKI Jakarta sebesar Rp4.835,3 triliun”.
Pertumbuhan jumlah rekening pada Maret 2025 di Jatim secara tahunan sebesar 2,44% dan jumlah nominal simpanan tumbuh 2,87% yoy.
Jika dipisahkan lagi jenis simpanan dari sisi rekening, kata Bambang, maka tabungan mendominasi sebesar 98,3%. Namun, berdasarkan nominal distribusinya cukup merata antara tabungan dengan deposito dan giro.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Joko Budi Santoso menilai kenaikan simpanan di perbankan menunjukkan bahwa masyarakat menunda investasi di tengah perlambatan ekonomi global dan domestik.
Hal ini sejalan dengan survei Apindo yang menunjukkan bahwa sekitar 67,1% perusahaan menunda untuk investasi Selama 1 tahun ke depan, sehingga kemungkinannya perusahaan maupun masyarakat memarkir dananya di perbankan.
“Dengan kekuatan simpanan perbankan terbesar kedua setelah DKI Jakarta, maka penguatan intermediasi perbankan pada sektor riil akan mendorong perekonomian terus melaju,” ucapnya, Jumat (16/5/2025).