Bisnis.com, SURABAYA — Produksi garam di Bangkalan, Madura, diperkirkan turun 22% dampak dari musim kemarau yang pendek pada tahun ini.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur, Muhammad Isa Anshori, mengatakan pada 2024 Bangkalan memulai produksi garam pada Juli dan berakhir November atau 5 bulan produksi dengan garam yang dihasilkan sebesar 6.989,5 ton.
"Dengan prakiraan cuaca 2025 dari BMKG musim kemarau lebih pendek yaitu selama 4 bulan maka penurunan sebesar kurang lebih 22% atau sebesar 1.561,55 ton," kata Muhammad Isa Anshori, Selasa (27/5/2025).
Dia memperkirakan, kemungkinan besar petambak garam akan mulai melakukan produksi pada Juli atau Agustus 2025.
Angka normal produksi garam di Bangkalan dalam satu musim produksi per satu ha lahan garam dengan geomembran akan diperkirakan menghasilkan 100 ton, sedangkan satu hektare lahan garam tanpa geomembran akan menghasilkan 70 ton.
Untuk memitigasi agar penurunan produksi garam tidak berdampak pada kenaikan harga yang berdampak pada inflasi, Isa menegaskan Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kelautan dan Perikanan telah berupaya memberikan bantuan geomembran kepada petambak.
Baca Juga
Dia berharap melalui geomembran waktu produksi yang singkat bisa menjadi maksimal dan mengurangi penurunan produksi.
"Juga akan berkoordinasi dengan instansi terkait (Disperindag Prov Jatim) untuk menormalisasi harga garam," ucapnya.
Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, Wildan Syafitri, menilai kenaikan harga garam dapat meningkatkan harga komoditi lain karena garam juga input banyak komoditi produksi, perdagangan dan rumah tangga.
Selain upaya peningkatan produksi melalui bantuan sarana, kata dia, juga perlu dijajaki produksi dari daerah lain yang terdekat misalnya Jawa Tengah. Hal lain juga yang juga perlu dilakukan adalah mencegah penimbunan stok garam.
"Diupayakan tidak sampai impor garam karena petani garam juga pernah mengalami penurunan harga pada saat panen," ucap Wildan yang juga Ketua ISEI Malang itu.