Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Merdeka Battery Materials (MBMA) Bukukan Pendapatan US$36 Juta pada Kuartal I/2025

PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) membukukan pendapatan sebesar $366 juta, turun 18% dibanding periode yang sama tahun lalu atau year on year (yoy) pada kuartal I/2025.
Suasana pabrik PT ESG New Energy Material, usaha patungan PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) dengan GEM Co., Ltd di Indonesia Morowali Industrial Park. / Dok. MBMA
Suasana pabrik PT ESG New Energy Material, usaha patungan PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) dengan GEM Co., Ltd di Indonesia Morowali Industrial Park. / Dok. MBMA

Bisnis.com, SURABAYA — PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) membukukan pendapatan sebesar $366 juta, turun 18% dibanding periode yang sama tahun lalu atau year-on-year (yoy) pada kuartal I/2025.

Presiden Direktur MBMA, Teddy Oetomo, mengatakan laba bersih tercatat sebesar US$6 juta atau turun 39% yoy.

Sementara itu, Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (EBITDA) atau Laba Sebelum Bunga, Pajak, Depresiasi, dan Amortisasi meningkat 17% menjadi US$31 juta, mencerminkan efisiensi biaya dan kekuatan operasional di tengah penurunan pendapatan.

EBITDA sering digunakan untuk menilai performa operasional tanpa dampak struktur pembiayaan dan penyusutan aset.

"Kinerja Q1 2025 yang kuat, didorong oleh peningkatan produksi dari tambang nikel SCM. Tambang SCM memproduksi 1,8 juta metrik ton basah ('wmt') limonit, naik 54% dari tahun ke tahun, dan 1,3 juta wmt saprolit, yang merupakan peningkatan 190% dari tahun ke tahun," kata Teddy Oetomo dalam keterangan resminya, Rabu (2/7/2025).

Meskipun curah hujan musiman mengurangi produksi dibandingkan kuartal sebelumnya, kata dia, produksi melampaui kinerja tahun sebelumnya secara signifikan yang mendukung momentum pertumbuhan berkelanjutan.

Pabrik peleburan RKEF memproduksi 16.297 ton Nickel Pig Iron ("NPI") pada Q1 2025, turun 22% yoy, terutama karena peningkatan produksi yang sedang berlangsung di PT Bukit Smelter Indonesia ("BSI"), menyusul perbaikan tungku pada Q4 2024 dan pemeliharaan terjadwal di PT Zhao Hui Nickel ("ZHN"), yang sempat mengalami penghentian sementara akibat banjir selama kuartal tersebut. 

Menurutnya, perbaikan pabrik peleburan ini telah meningkatkan keselamatan dan efisiensi operasional yang akan mendukung pengurangan biaya di masa mendatang. Perbaikan lini BSI kedua direncanakan pada paruh kedua 2025.

"MBMA mencatat kinerja operasional yang kuat pada Q1 2025, didorong oleh pertumbuhan signifikan di Tambang SCM, efesiensi biaya yang meningkat, dan peningkatan margin NPI, meskipun menghadapi tantangan musiman dan aktivitas pemeliharaan," ujar Teddy.

Dia menegaskan pula, MBMA tetap fokus pada efisiensi operasional dan pengelolaan biaya yang disiplin untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan.

Selama kuartal tersebut, MBMA secara khusus meningkatkan operasi Tambang SCM melalui perbaikan infrastruktur, mobilisasi kontraktor baru, dan percepatan aktivitas, meskipun menghadapi tantangan musiman.

Upaya ini mendukung strategi ekspansi hilir perusahaan dalam pemrosesan RKEF dan HPAL.

Biaya tunai saprolit di Tambang SCM membaik menjadi $24,6/wmt dari $28,4/wmt yoy, dampak positif dari pengurangan biaya penambangan, pengangkutan, dan royalti. 

Meskipun biaya tunai limonit naik 10% menjadi $12,7/wmt akibat biaya pengangkutan dan penjualan yang lebih tinggi, peningkatan margin dicapai karena harga jual rata-rata yang lebih tinggi.

Pembangunan jalan angkut baru yang menghubungkan Tambang SCM dengan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) terus berlanjut dengan tujuan untuk mengurangi biaya logistik, meningkatkan kapasitas pengangkutan saprolit, dan mendukung infrastruktur transmisi dan pipa untuk pabrik HPAL MBMA.

MBMA terus mengembangkan pabrik HPAL sebagai bagian dari sistem produksi yang terintegrasi, bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan material baterai terkemuka, melalui pengembangan PT ESG New Energy.

Material (PT ESG), PT Meiming New Energy Material (PT Meiming), dan PT Sulawesi Nickel Cobalt (PT SLNC). PT ESG memulai produksi dari Train A pada akhir 2024, dengan Train B diharapkan menyusul pada semester II/20255.

Biaya operasional diharapkan akan semakin menurun seiring dengan transisi PT ESG ke bijih yang bersumber dari Tambang SCM dan integrasi Feed Preparation Plant ("FPP") baru pada semester II/2025.

PT Meiming berhasil melaksanakan commissioning pabrik utama dan memperoleh Izin Usaha Industri pada April 2025.

PT SLNC mencapai kemajuan konstruksi sebesar 14,35%, dengan target commissioning pada semester II/2026.

Pabrik AIM, yang dirancang untuk memproses 1,0 juta ton bijih pirit setiap tahunnya, mencapai tonggak penting pada kuartal I/2025.

Konsentrator memproses 131.860 ton bijih, menghasilkan 110.410 ton konsentrat, sementara debottlenecking sedang diterapkan untuk lebih meningkatkan hasil produksi.

Commissioning di keempat fasilitas berlanjut secara positif, dengan pemanggangan klorinasi yang diharapkan selesai pada semester kedua 2025 dan kapasitas penuh dalam periode yang sama.

Menurutnya, melalui investasi strategis dan peningkatan infrastruktur, MBMA memperkuat platform produksi nikel yang efisien, terintegrasi, dan dapat ditingkatkan skalanya, serta berbiaya rendah. 

"Kami tetap fokus pada keunggulan operasional dan penciptaan nilai berkelanjutan di seluruh operasi kami yang terpadu," ucapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper