Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Malang Alami Inflasi Tahunan 2,24%, Bank Indonesia: Masih Dalam Rentang Sasaran

Inflasi Malang Juli 2025 mencapai 2,24%, masih dalam target BI. Kenaikan harga dipicu oleh tomat, beras, dan bensin, tertahan oleh penurunan harga sayuran.
Pedagang melayani pembeli di salah satu pasar. / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti
Pedagang melayani pembeli di salah satu pasar. / Bisnis-Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, MALANG — Bank Indonesia (BI) Malang menilai inflasi Kota Malang pada Juli 2025 yang mencapai 2,24% (yoy) masih terkendali dalam rentang sasaran yakni, 2,5%±1% sampai akhir tahun.

Kepala Perwakilan BI Malang, Februna, mengatakan hal ini tidak terlepas dari koordinasi solid yang dilakukan TPID melalui sinergi kolaboratif dalam pengendalian inflasi, antara lain keikutsertaan dalam HLM & Rakor TPID Prov Jatim bersama TPID se-Bakorwil III Malang pada  29 Juli 2025 dalam rangka penguatan upaya pengendalian inflasi melalui 4K dan sinergitas antar daerah, Pelaksanaan Gerakan Pangan Murah hingga bulan Juli 2025 sebanyak 19 kali.

“Juga, pemantauan harga bahan pangan pokok selama Juli 2025 dan rakor rutin mingguan pengendalian inflasi bersama Kemendagri selama Juli 2025,” ujarnya, Sabtu (2/8/2025).

Dia menegaskan, berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada bulan Juli 2025 mengalami inflasi sebesar 0,12% (month to month/MtM), lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencatatkan inflasi sebesar 0,38% (MtM). 

Dengan capaian tersebut, kata dia, maka Kota Malang mengalami inflasi tahunan sebesar 2,24% (year on year /YoY). Inflasi IHK pada Juli 2025 terutama didorong oleh peningkatan harga kelompok Pendidikan, dengan andil 0,09% (MtM).

Berdasarkan komoditas penyebabnya, inflasi Kota Malang terutama didorong oleh peningkatan harga komoditas tomat, beras, bawang merah, sekolah dasar, dan bensin, masing-masing dengan andil 0,05%, 0,04%, 0,04%, 0,03%, dan 0,03% (MtM). Kenaikan harga beras disebabkan oleh berkurangnya pasokan dari produsen beras, seiring dengan meningkatnya harga gabah. 

Kenaikan harga produk hortikultura (tomat, bawang merah) disebabkan oleh keterbatasan stok komoditas di level pedagang, seiring dengan kondisi cuaca yang menghambat produksi. 

Kenaikan harga sekolah dasar disebabkan oleh kenaikan biaya operasional penyelenggaraan pendidikan, seiring pergantian tahun ajaran baru yang menjadi momen bagi lembaga pendidikan untuk menyesuaikan tarif/biaya pendidikan. Sementara kenaikan harga bensin terjadi seiring dengan penyesuaian harga BBM nonsubsidi (Pertamax, Dexlite, Pertamax Turbo, dan Pertamina Dex) dalam kisaran 3%—5% selama  Juli 2025.

Inflasi yang lebih tinggi tertahan oleh beberapa komoditas yang mencatatkan penurunan harga, yakni labu siam/jipang, kacang panjang, emas perhiasan, selada/daun selada, dan buncis. 

Adapun andil deflasi dari komoditas labu siam/jipang adalah 0,03% (MtM), sedangkan komoditas lainnya masing-masing mencatatkan deflasi 0,02% (MtM). Penurunan harga produk sayur-sayuran (labu siam/jipang, selada/daun selada, kacang panjang, buncis) terjadi seiring dengan pasokan yang melimpah.

“Emas perhiasan mengalami penurunan harga seiring dengan normalisasi harga emas,” ucapnya. (K24)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Choirul Anam
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro