Bisnis.com, MALANG - Program Mari Kita Majukan Usaha Rakyat (Makmur) yang digagas PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah menjangkau 151.000u hektare lahan pertanian dan melibatkan lebih dari 128 ribu petani di berbagai wilayah Indonesia hingga kuartal I/2025.
Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana, mengatakan program yang telah digagas sejak 2021 ini merupakan salah satu wujud komitmen Pupuk Indonesia dalam mendukung visi pemerintah mewujudkan ketahanan pangan nasional.
“Program MAKMUR memberikan pendampingan intensif kepada petani, akses terhadap input pertanian berkualitas, serta koneksi pada sistem pembiayaan yang lebih inklusif,” katanya dalam keterangan resminya, Senin (14/4/2025).
Program ini, kata dia, dirancang tidak hanya untuk meningkatkan hasil panen, tetapi juga untuk membangun ekosistem pertanian yang lebih modern dan berkelanjutan.
Bagi Pupuk Indonesia, dia menegaskan, keberhasilan ini tidak hanya menjadi angka, tetapi mencerminkan upaya serius perusahaan untuk mendorong produktivitas pertanian nasional secara berkelanjutan dan memberdayakan petani.
“Kami percaya, produktivitas pertanian tidak bergantung hanya pada kuantitas penggunaan pupuk, tetapi pada bagaimana petani dibekali dengan teknologi, pengetahuan, dan dukungan yang tepat, terutama cara menggunakan pupuk yang benar. Melalui Makmur, kami ingin memastikan panen lebih optimal dari lahan yang sama,” ujarnya.
Baca Juga
Selain Pupuk Indonesia, Wijaya menegaskan, program Makmur turut melibatkan berbagai BUMN lain dalam pengembangan ekosistem pertanian yang utuh.
Sinergi ini mencakup dukungan dari perusahaan pembiayaan, agro-input, asuransi, listrik dan pengairan, dan offtaker hasil panen. Kolaborasi yang juga didukung Kementerian Pertanian ini memperkuat daya saing petani sekaligus membuka akses pasar yang lebih luas.
“Keberhasilan program MAKMUR adalah hasil dari kerja sama berbagai pihak, termasuk Kementerian Pertanian. Kami percaya, untuk membangun pertanian yang kuat, tidak cukup hanya dari sisi produksi. Diperlukan sinergi menyeluruh—dari pembiayaan hingga offtaker. Ke depan, kami akan terus mengembangkan program Makmur ke berbagai wilayah agar semakin banyak petani yang mendapatkan manfaatnya,” katanya.
Program Makmur mendapatkan sambutan positif dari petani berbagai daerah. Kamaludin, petani dari Desa Leuwidingding, Cirebon, Jawa Barat, merasakan langsung manfaat dari pendampingan teknis yang diberikan.
Dia mengatakan lewat program Makmur petani mendapatkan pengetahuan lebih mendalam tentang pengolahan tanah hingga penerapan teknologi yang membantu produktivitas pertanian.
“Manfaat dari kami bergabung Makmur itu pertama kami mendapatkan pengetahuan mengolah tanah, serta teknologi,” katanya.
Dia mencontohkan, lewat program Makmur petani di desanya mulai beralih dari penggunaan pompa BBM ke pompa listrik untuk mengairi sawah.
Perubahan ini membuat petani dapat menghemat biaya untuk mengairi sawah dari biasanya Rp3,6 juta/ bulan, menjadi hanya Rp500.000-Rp600.000/bulan.
“Kalau pakai pompa BBM itu saat musim tanam ke-3 selama 3 bulan biasanya kami menghabiskan Rp 3,6 juta untuk membeli BBM, sedangkan kalau pakai pompa listrik hanya menghabiskan RP 500-600 ribu, jadi kami bisa menghemat Rp 3 juta per masa tanam,” kata dia.
Selain rekomendasi mengenai pengairan, Kamaludin mengatakan petani juga mendapatkan pendampingan mengenai pemupukan dalam program Makmur.
Menurut dia, pendampingan mengenai pemupukan itu membuat produktivitas petani meningkat dari biasanya 5 ton menjadi sekitar 7 ton per panen. “Produktivitas padi itu naik dari 5 ton jadi 6,5 hingga 7 ton,” ucapnya.